Selasa, 13 April 2010

ArtikelSkripsi

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENGOPTIMALAN MEDIA ALAT PERAGA BAGI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI CATURTUNGGAL 1 KEC. DEPOK KAB. SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh:
Damaskus Beni (06108249009)

Pendidikan merupakan salah satu instrumen yang sangat berpengaruh bagi kemajuan suatu bangsa, dimana pendidikan dapat berperan penting demi tercapainya suatu bangsa yang maju dan berkembang di segala bidang, salah satu di antaranya adalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Semua negara tentunya menghendaki bangsanya bisa maju, berkembang dan memperoleh kesejahteraan di berbagai bidang, begitu juga dengan negara Indonesia. Melalui dunia pendidikan diharapkan lahirlah generasi-generasi penerus bangsa ini yang nantinya akan mengisi dan membawa kemajuan bangsa baik secara lokal, nasional, maupun di mata dunia. Prioritas pendidikan di negeri ini bukanlah suatu persepsi kulitatif belaka melainkan diperkuat oleh tujuan dari bangsa ini seperti yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kondisi riil di lapangan yang sedang terjadi saat ini pada masyarakat di sektor pendidikan sungguh sangat memprihatinkan bahkan merupakan sesuatu yang seharusnya tidak boleh terjadi. Hal itu dapat di lihat seperti, semberawutnya proses kegiatan pembelajaran di lapangan, kurangnya fasilitas penunjang untuk kegiatan belajar mengajar, tenaga pendidik atau guru yang kurang profesional, penggunaan media yang belum optimal dan masih banyak masalah-masalah yang lain belum bisa diselesaikan. Seperti Fenomena yang peneliti temui di SD Negeri Caturtunggal 1 Depok Sleman, dimana penggunaan media oleh guru pada saat berjalannya proses kegiatan belajar mengajar sangat minim. Padahal peran media dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan.
Beberapa fenomena yang dilihat oleh peneliti pada proses kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas IV SD Negeri Caturtunggal 1 boleh dikatakan memprihatinkan. Keprihatinan tersebut merujuk pada aktivitas kegiatan belajar mengajar di kelas tidak seperti yang diharapkan, hal ini dapat di lihat seperti ada beberapa siswa yang mengantuk, keluar masuk tanpa izin, siswa kurang memperhatikan gurunya, respon siswa yang kurang terhadap materi pembelajaran, beberapa siswa berbicara bersama temanya tanpa memperhatikan penjelasan guru, ada siswa yang tidur-tiduran, dan kondisi yang sangat memperihatinkan adalah ketika guru menyampaikan materi pelajaran media pembelajaran yang digunakan kurang optimal bahkan terkesan tanpa menggunakan media.
Kondisi seperti ini sering terlihat pada saat kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran IPA. Guru hanya menjelaskan materi menggunakan buku paket, mencatat materi lewat papan tulis, mendikte materi pelajaran, dan media yang digunakan hanya sedikit saja sementara siswa tidak dilibatkan langsung dalam praktik penggunaan media. Padahal dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan keterlibatan siswa untuk melakukan praktik langsung terhadap penggunaan media. Beberapa hal yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar misalnya metode yang digunakan guru harus sesuai dengan materi dan menarik bagi siswa, media yang digunakan diusahakan media yang berwujud nyata atau konkret. Contoh media yang bersifat konkret yaitu wujud nyata atau tiruan dari benda yang disampaikan seperti tumbuh-tumbuhan, alat peraga misalnya berupa bagian-bagian tubuh manusia dan hewan yang tebuat dari bahan palstik, alat peraga magnet berupa besi magnet, alat peraga tata surya yang terbuat dari palstik, miniatur wujud benda misalnya miniatur candi, dan contoh-contoh benda konkret lainnya.
Pembawaan guru yang mengajar hanya menggunakan buku paket, ceramah seperti membaca teks dan mencatat saja, mengakibatkan siswa merasa jenuh dan bosan tehadap pelajaran yang di sampaikan. Hal ini terlihat ketika guru sedang mengajar tanpa menggunakan media peraga pada mata pelajaran IPA, beberapa siswa terkesan tidak memperhatikan dengan baik. Misalnya siswanya diam saja tanpa memperhatikan dan merespon pelajaran, beberapa siswa lain ada yang tidur-tiduran dan ada juga yang ribut sendiri. Contoh lainya ada beberapa siswa yang keluar masuk ruangan kelas tanpa izin dan ada beberapa siswa yang saling melempar kertas. Berdasarkan dari fenomena tersebut, sudah layak dan sepantasnya pelaksana pendidikan baik itu pekerja pendidikan maupun guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran di lapangan idealnya berusaha untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
Tidak bisa dipungkiri bahwa melalui dunia pendidikanlah regenerasi penerus bangsa ini bisa lahir, yang akan meneruskan perjalanan bangsa baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Kita semua tentunya tidak asing lagi bahwa pendidikan merupakan salah satu aset yang memegang peranan begitu dominan, baik itu aset individu, keluarga, kelompok bahkan negara yang berupa investasi masa depan dan mempunyai prosfek hidup yang dapat diperhitungkan.
Dari berbagai tingkatan pendidikan formal yang ada di Indonesia, lembaga Sekolah Dasar (SD) merupakan tingkat lembaga pendidikan yang sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan para peserta didik. Persepsi ini sejalan dengan pendapat Piaget dalam M. Dalyono (2005: 39) bahwa pada tahap usia sekolah dasarlah (7-12 tahun) pekembangan dan pertumbuhan peserta didik dapat dibentuk dan dibina lebih baik. Maka sudah seharusnyalah tingkat sekolah dasar menjadi prioritas utama yang perlu diperhatiakan dalam pendidikan yang akan berdampak pada kelanjutan dari keberhasilan pada tingkat-tingkat selanjutnya.
Kelemahan guru dalam penyampaian materi pelajaran IPA kepada peserta didik kelas IV SD Negeri Caturtungal 1 dilatarbelakangi oleh beberapa faktor seperti cara atau metode yang digunakan kurang tepat dan tidak menarik minat atau kemauan belajar siswa misalnya hanya menggunakan metode ceramah. Slameto (2003: 651) menjelaskan bahwa guru yang mengajar dengan menggunakan metode ceramah saja, mengakibatkan siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat. Media yang digunakan untuk menyampaikan materi kurang optimal dilaksanakan bahkan terkesan tidak memanfaatkan media. Dari berbagai faktor yang menjadi kendala tersebut faktor media berupa benda konkret merupakan faktor yang sangat berperan besar terhadap keberhasilan belajar siswa seperti yang disampaikan oleh Srini M. Iskandar (1996/1997: 29) bahwa anak-anak yang berada pada tahap berpikir konkret harus bekerja dengan benda-benda konkret dulu sebelum mereka dapat menangkap dan memahami hal-hal bersifat abstrak.
Dalam kegiatan belajar mengajar peran media sangat diperlukan. Media merupakan instrumen dari proses kegiatan pebelajaran yang berperan sebagai perentara dalam penyampaian materi pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan lancar dan materi pelajaran tersampaikan dengan baik kepada siswa jika media yang digunakan oleh pendidik atau guru merupakan media yang menarik, kontekstual, dan dapat berupa wujud nyata atau tiruan (Srini Iskandar 1996/1997: 29). Selama ini permasalah yang dijumpai adalah ketika guru menyampaikan suatu materi pelajaran kepada para siswa, mereka sering mengabaikan peran media dalam proses pembelajaran. Kejadian seperti ini tentunya merupakan permasalahan yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh guru. Penggunaan media dalam kegitan pembelajaran seharusnya diterapkan pada semua jenis mata pelajaran.
Penggunaan benda konkret berupa media alat peraga pada jenjang kelas IV SD akan lebih baik untuk diterapkan dan dimaksimalkan. Persepsi ini didukung oleh teori yang telah disampaikan oleh Piaget dalam C. Asri Budiningsih (2005: 38) bahwa anak usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) kemampuan berpikir dan bernalar masih berada pada tahap operasional konkret. Begitu juga dengan media alat peraga yang didesain sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk aslinya dan ditampilkan dengan warna serta corak yang menarik tentunya akan meningkatkan kemauan dan motivasi belajar para siswa, apalagi pada mata pelajaran seperti IPA. Peningkatan kemauan dan motivasi belajar siswa tersebut diharapkan dapat mendongkrak prestasi belajar IPA para siswa, khususnya para siswa kelas IV SD Negeri Caturtunggal 1.
Bercermin dari kondisi seperti itu maka berbagai upaya seharusnya cepat, dan tepat untuk dilakukan dalam usaha memberikan perbaikan ke arah yang lebih baik. Usaha-usaha yang dilakukan diantaranya adalah dengan pengoptimalan penggunaan media alat peraga dalam proses kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) kelas IV SD Negeri Caturtunggal 1.
Kamus besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga terbitan Departemen Pendidikan Nasional (2005: 895) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu yang telah dilakukan, dikerjakan dan lain sebagainya. Sementara itu, menurut Witherington dalam Dalyono (2005: 211) belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecepatan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Dari definisi prestasi dan belajar yang telah disampaikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu yang telah dilakukan, dikerjakan, dan dilaksanakan dalam rangka memperoleh suatu perubahan ke arah lebih baik oleh mereka yang ingin atau mempunyai kemauan belajar juga oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam meraih prestasi belajar. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam meraih prestasi belajar tersebut misalnya keluarga, orang tua, guru, lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal.
Menurut Dengeng dalam Hamzah. B. Uno (2006: 2) pembelajaran adalah suatu upaya untuk membelajarkan siswa. Dari pengertian ini secara implisit bahwa dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Sejalan dengan pendapat Dengeng tersebut, menurut Hamzah. B. Uno (2006: 2) pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau rangcangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Istilah kata IPA merupakan singkatan dari kata “Ilmu pengetahuan Alam” kata IPA merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan segala sesuatu yang terdapat di alam ini. Science (bahasa Inggris) artinya Ilmu Pengetahuan, jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harafiah dapat disebut sebagai Ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar alam ini. (Srini Iskandar, 1996/1997: 2). Sejalan dengan pendapat tersebut, Webster dalam Srini Iskandar (1996/1997: 2) mengatakan bahwa IPA adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.
Dari berbagai pengertian tentang pembelajaran dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebagai upaya atau tindakan yang dilakukan oleh guru bersama siswa dalam memberikan, menyampaikan dan menerima suatu disiplin ilmu yang telah diuji kebenaraannya dalam mempelajari tentang segala sesuatu yang terjadi dan yang terdapat di alam semesta ini. Pengujian tersebut dapat menggunakan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa-hipotesa. Segala sesuatu yang dipelajari di alam semesta itu, baik berupa benda hidup maupun benda yang mati, baik kejadian atau peristiwa yang sudah terjadi, yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi di alam semesta ini. Menurut Srini Iskandar (1996/1997: 16-18) ada beberapa alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukan ke dalam kurikulum suatu sekolah yaitu:
1. Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali bergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar dari teknologi. Sedangkan teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Suatu teknologi tidak akan berkembang pesat bila tidak didasari pengetahuan dasar yang memadai. Pengetahuan dasar untuk teknologi tersebut ialah IPA.
2. Bila diajarkan menurut cara yang tepat, IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan latihan berpikir kritis. Misalnya menemukan sendiri dengan metode ini anak dihadapkan kepada suatu masalah, umpamanya masalah tersebut adalah ”Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?” anak diminta untuk mencari cara menyelidiki hal seperti ini. Dari berbagai sarana yang di kemukakan anak, mereka dituntun merancang percobaan sederhana berikut. Sebatang tumbuhan yang daunya terus-menerus diambil (dipetik), setiap tumbuh sehelai daun, daun itu dipetik. Akibatnya tumbuhan tersebut mati maka didapatilah suatu kesimpulan.
3. IPA merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa. Kehidupan manusia sekarang ini banyak yang dipengaruhi oleh IPA, misalnya bahan pakaian yang terbuat dari bahan sintetis (serat buatan) sekarang merupakan bahan yang umum digunakan. Semakin banyak segi kehidupan manusia dipengaruhi oleh hasil-hasil Ilmu Pengetahuan Alam, maka dengan sendirinya IPA manjadi bagaian dari kebudayaan hidup manusia, sebab kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup suatu masyarakat atau bangsa.
Kata Media berasal dari bahasa Latin yaitu Medius. Secara harafiah Medius artinya tengah, perentara, pengantar (Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 1997: 3). Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media ialah perentara dapat berupa benda, alat, maupun manusia sebagai perentara yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu, pesan, materi pelajaran kepada orang lain agar apa yang disampaikan melalui media tersebut dapat terlaksana dengan baik.
Menurut Aristo Rahadi (2004: 8) yang dimaksud dengan alat peraga adalah alat atau benda yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar kelihatan lebih konkret. Alat yang dimaksud adalah dapat berupa benda asli dan benda tiruan maupun benda yang dirancang sedemikian rupa sehingga bisa digunakan untuk memperagakan. Fungsi alat peraga. Ada enam fungsi pokok alat peraga dalam proses kegiatan belajar mengajar yaitu:
a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar, berarti alat peraga merupakan salah satu faktor pendukung yang harus dikembangkan oleh guru.
c. Alat peraga dalam pengajaraan penggunaannya terintegral dengan tujuan dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat tujuan dan bahan pelajaran.
d. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran bukan semata-mata alat untuk menghibur siswa, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi saja, melainkan merupakan alat yang sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar.
e. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru.
f. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar diutamakan untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain menggunakan alat peraga akan berdampak positif pada hasil belajar menjadi lebih tahan lama atau mudah diingat dan dimengerti.
Jean Piaget seorang ilmuwan dari Prancis yang melakukan penelitian tentang perkembangan kognitif individu sejak tahun 1920 sampai 1964 (Nandang Budiman 2006: 44). Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget membagi proses perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif ke dalam empat tahapan utama yang secara kualitatif setiap tahapan memunculkan karakteristik yang berbeda-beda. Tahapan perkembangan kognitif tersebut adalah periode sensori motorik (0,0-2,0), periode praoperasional (0,2-7,0), periode operasional konkret (7,0-11 atau 12,0), dan periode operasional formal (11,0 atau 12,0-14 atau 15,0). Sementara tindakan dilaksanakan dua siklus. Siklus pertama yaitu:
1. Kegiatan 1
a. Rancangan materi Pengaruh Gaya terhadap Gerak Benda
b. Rancangan pelaksanaan
1) Guru menjelaskan sedikit tentang materi yang dipelajari, kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
2) Alat peraga yang digunakan berupa mobil-mobilan, kertas polos dan kertas yang sudah dikepal, papan luncur permukaan halus dan kasar dengan ukuran sesuai keperluan, tiang penyangga, kelereng, batu kerikil ukuran kecil, styrofoam berbentuk bulat ukuran sebesar kelereng, plastisin berbentuk segi empat ukuran kecil, dinamometer, penggaris dan handout petunjuk pelaksanaan percobaan. Jumlah masing-masing alat peraga menyesuaikan dengan keperluan.
3) Langkah kerjanya yaitu (a) Siswa disuruh menjatuhkan styrofoam sebesar kelereng dan kelereng secara bersamaan dari ketinggian yang sama. Kegiatan selanjutnya siswa disuruh membandingkan kecepatan jatuh kedua benda tersebut berdasarkan ringan dan berat benda. (b) Siswa disuruh menjatuhkan kertas polos yang rapi dan kertas yang sudah dikepal dalam ukuran yang sama dari ketinggian yang sama. Langkah berikutnya siswa disuruh membandingkan kecepatan jatuh kedua benda tersebut berdasarkan luas permukaannya. (c) Siswa disuruh mendorong kelereng dan batu kerikil secara bergantian dari bagian atas papan peluncur pada tiang penyangga berbentuk bidang miring. Setelah itu siswa disuruh mengukur berapa jauh jarak yang ditempuh kedua benda tersebut dengan menggunakan penggaris. Langkah selanjutnya siswa disuruh membandingkan benda apa yang memiliki jarak tempuh lebih jauh berdasarkan luas permukaanya. (d) Siswa disuruh mendorong kelereng dan plastisin yang berbentuk segi empat secara bergantian dari atas papan luncur. Setelah itu siswa disuruh mengukur berapa jauh jarak yang ditempuh kedua benda tersebut dengan menggunakan penggaris. Langkah selanjutnya siswa disuruh membandingkan benda apa yang memiliki jarak tempuh lebih jauh berdasarkan bentuk benda. (e) Siswa disuruh mendorong mobil-mobilan dari bagian atas papan luncur yang memiliki permukaan rata. Langkah selanjutnya siswa disuruh mendorong mobil-mobilan dari bagian atas papan luncur yang memiliki permukaan kasar. Siswa kemudian disuruh mengukur berapa jauh jarak yang ditempuh oleh mobil-mobilan dengan mengunakan papan luncur permukaan rata dan papan luncur permukaan kasar. Selanjutnya siswa disuruh membandingkan jauh jarak yang ditempuh oleh mobil-mobilan yang menggunakan papan luncur permukaan rata dan yang menggunakan papan luncur permukaan kasar. Kegiatan akhir dari pelaksanaan ini, siswa disuruh mengumpulkan laporan hasil kerja kelompok di dalam panduan pelaksanaan percobaan yang sudah diberikan.
4) Selama siswa melakukan peragaan dan pengamatan, guru melakukan arahan dan bimbingan secara merata kepada setiap siswa.
c. Observasi. Peneliti mengamati proses kegiatan yang dilakukan siswa, kemudian mencatat
hasil pengamatan pada lembar atau format pengamatan yang sudah disiapkan.
2. Kegiatan 2
a. Rancangan materi Pengaruh Gaya terhadap Gerak Benda
b. Rancangan pelaksanaan
1) Guru menjelaskan sedikit tentang materi yang sudah dipelajari pada pertemuan pertama, kemudian guru membagikan alat peraga kepada setiap kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan pertama.
2) Alat peraga yang digunakan berupa mobil-mobilan, meja, kelereng, balok kayu ukuran kecil sesuai dengan keperluan, tali ukuran kecil panjang ±30 cm, penggaris, bola, ketapel, tiang penyangga, papan luncur permukaan rata, dan handout petunjuk pelaksanaan percobaan. Jumlah masing-masing alat peraga menyesuaikan dengan keperluan.
3) Langkah kerjanya yaitu (a) Siswa terlebih dahulu disuruh memasang tiang penyangga dan papan luncur yang membentuk sudut miring. Setelah tiang penyangga dan papan luncur siap untuk digunakan, kemudian siswa disuruh meletakan mobil-mobilan di bagian atas papan luncur kemudian dilepaskan. Siswa selanjutnya disuruh mengukur berapa jauh jarak yang ditempuh oleh mobil-mobilan tersebut. Siswa disuruh meletakan mobil-mobilan di bagian atas papan luncur, kemudian mobil-mobilan didorong ke arah bawah papan luncur yang berbentuk sudut miring. Kegiatan selanjutnya siswa disuruh menghitung dengan mengunakan penggaris berapa jauh jarak yang ditempuh oleh mobil-mobilan yang didorong. Siswa kemudian disuruh menyimpulkan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh gaya dorong. (b) Siswa disuruh meletakan mobil-mobilan di atas meja, kemudian siswa disuruh memperhatikan apakah kedudukan mobil-mobilan tersebut berubah atau tidak. Kegiatan selanjutnya siswa disuruh menarik mobil-mobilan menggunakan tali ke arah depan, kemudian siswa disuruh mengamati kedudukan mobil-mobilan yang ditarik tadi apakah kedudukannya berubah atau tidak. Langkah terakhir siswa disuruh menyimpulkan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh gaya tarik. (c) Siswa disuruh meletakan balok kayu ukuran kecil di atas meja, kemudian siswa disuruh mendorong kelereng dari arah berlawanan mengenai balok kayu. Selanjutnya siswa disuruh mengamti apakah arah pergerakan kelereng yang membentur balok kayu berubah atau tidak. Kegiatan terakhir adalah siswa disuruh menyimpulkan bahwa benturan antara kelereng dan balok kayu menyebabkan perubahan arah pergerakan kelereng.
4) Selama siswa melakukan peragaan dan pengamatan, guru melakukan arahan dan bimbingan secara merata kepada setiap siswa.
c. Observasi. Peneliti mengamati proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru, kemudian mencatat hasil pengamatan pada lembar atau format pengamatan yang sudah disiapkan.
3. Post tes
a. Rancangan materi Pengaruh Gaya terhadap Gerak Benda.
1) Rancangan Pelaksanaan
a) Guru bersama peneliti membuat soal latihan tentang materi yang telah dipelajari.
b) Semua siswa diminta untuk mengerjakan soal latihan yang sudah dipelajari.
c) Selama siswa mengerjakan soal laihan, guru melakukan pengawasan secara merata kepada setiap siswa.
b. Observasi, peneliti mengamati dan mencatat kegiatan yang dilakukan siswa dan guru.
c. Refleksi. Setelah hasil pengamatan dianalisis, kemudian dilaksanakan pencatatan terhadap hal-hal yang diaggap perlu diperbaiki dan dikembangkan. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk mempermudah melaksanakan langkah tindakan pada siklus berikutnya.
4. Rancangan tindakan pada siklus dua yaitu:
a. Kegiatan 1
1) Rancangan materi Pengaruh Gaya terhadap Bentuk Benda
2) Rancangan pelaksanaan
a) Guru menjelaskan tentang materi yang dipelajari, kemudian siswa melaksanakan praktik percobaan sesuai dengan kelompok yang sudah dibentuk pada siklus pertama.
b) Alat peraga yang digunakan berupa plastisin, kertas polos, gelang karet, kerupuk dan fotocopyan petunjuk percobaan. Jumlah masing-masing alat peraga menyesuaikan dengan keperluan.
c) Langkah kerjanya yaitu (a) Pertama siswa disuruh memperhatikan bagaimanakan bentuk gelang karet pertama-tama. Langkah berikutnya siswa disuruh memainkan gelang karet dengan menggunakan jari-jari tangan sehingga membentuk tiga bentuk benda sesuai dengan keinginan mereka. Langkah terakhir dari kegiatan ini siswa disuruh menuliskan nama bentuk benda yang sudah siswa buat dari bahan karet. (b) Siswa disuruh memperhatikan bentuk plastisin pertama-tama. Langkah berikutnya siswa disuruh membuat lima bentuk benda yang terbuat dari bahan plastisin sesuai dengan keinginan mereka. Langkah terakhir dari kegiatan ini siswa disuruh menuliskan nama bentuk benda yang sudah mereka buat dari bahan plastisin. (c) Siswa disuruh memperhatikan bentuk kerupuk pertama-tama. Langkah berikutnya siswa disuruh meremas kerupuk hingga bentuknya berubah. Langkah terakhir dari kegiatan ini siswa disuruh menuliskan bagaimanakah bentuk kerupuk yang sudah diremas. (d) Siswa disuruh memperhatikan bentuk kertas pertama-tama. Berikutnya siswa disuruh membuat lima bentuk benda yang terbuat dari bahan kertas. Langkah terakhir dari kegiatan ini siswa disuruh menuliskan nama bentuk benda yang sudah mereka buat dari bahan kertas. Kegiatan terakhir dari tindakan 1 siklus dua adalah siswa disuruh menuliskan kesimpulan dari hasil percobaan yang sudah dilaksanakan.
d) Selama siswa melaksanakan praktik peragaan, guru melakukan arahan dan bimbingan secara merata kepada semua siswa.
3) Observasi. Peneliti mengamati proses kegiatan yang dilakukan siswa dan guru, kemudian mencatat hasil pengamatan pada lembar atau format pengamatan yang sudah disiapkan.
b. Kegiatan 2
1) Rancangan materi Pengaruh Gaya terhadap Bentuk Benda
2) Rancangan pelaksanaan
a) Guru menjelaskan sedikit tentang materi yang sudah dipelajari pada pertemuan pertama, kemudian guru membagikan alat peraga kepada setiap kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan pertama.
b) Alat peraga yang digunakan berupa kawat kecil berbentuk spiral (pegas) ukuran ± 3 cm, balon karet, tali kecil panjang ± 30 cm, dan fotocopyan petunjuk percobaan. Jumlah masing-masing alat peraga menyesuaikan dengan keperluan.
c) Langkah kerjanya yaitu (a) Siswa disuruh memperhatikan bentuk balon karet pertama-tama. Langkah berikutnya siswa disuruh meniup balon karet secukupnya. Kegiatan terakhir siswa disuruh menulis nama bentuk balon setelah ditiup. (b) Siswa disuruh memperhatikan bentuk kawat spiral pertama-tama. Berikutnya siswa disuruh menekan dan melepaskan secara perlahan-lahan kedua ujung kawat berbentuk spiral dengan menggunakan jari tangan. Pada saat siswa menekan dan melepasakan kedua ujung kawat spiral siswa disuruh memperhatikan apa yang terjadi pada kawat tersebut. Siswa disuruh memasang tali pada kedua ujung kawat, kemudian tali yang sudah terpasang ditarik sekuat-kuatnya dari arah yang berlawanan. Langkah terakhir dari kegiatan ini siswa disuruh mencatat apa yang terjadi pada kawat spiral ketika ditarik dengan kuat pada kedua ujungnya. (c) Siswa disuruh mengisi tabel yang sudah tercantum pada petunjuk pelaksanaan percobaan.
c. Observasi. Peneliti mengamati proses kegiatan yang dilakukan siswa dan guru, kemudian mencatat hasil pengamatan pada lembar atau format pengamatan yang sudah disiapkan.
5. Post tes
a. Rancangan materi Pengaruh Gaya terhadap Bentuk Benda.
b. Rancangan Pelaksanaan
1) Guru bersama peneliti membuat soal latihan tentang materi yang telah dipelajari.
2) Semua siswa diminta untuk mengerjakan soal latihan yang sudah dipelajari.
3) Selama siswa mengerjakan soal laihan, guru melakukan pengawasan secara merata kepada setiap siswa.
c. Observasi, peneliti mengamati dan mencatat kegiatan yang dilakukan siswa dan guru.
d. Refleksi. Setelah hasil pengamatan dianalisis, kemudian dilaksanakan pencatatan terhadap hal-hal yang diaggap perlu diperbaiki dan dikembangkan. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada siklus dua.
Metode pengumpulan data adalah cara yang dipergunakan oleh peneliti bersama guru kelas selaku tim untuk mengumpulkan data. Data dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti bersama dengan guru mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Caturtunggal 1. Data bersumber dari dokumen sekolah berupa nilai rata-rata kelas ujian semester 1 pada mata pelajaran IPA. Data juga diperoleh dari interaksi peneliti bersama guru dan interaksi guru dengan siswa. Interaksi guru dengan siswa diperoleh mulai dari pelaksanaan tindakan pertama sampai dengan tindakan terakhir pada pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Caturtunggal 1 dengan pengoptimalan penggunaan media alat peraga. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan observasi. Tes merupakan salah satu metode pengumpulan informasi dan data. Tes dalam penelitian ini adalah tes formatif yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar IPA. Tes yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur prestasi belajar IPA siswa kelas IV berupa soal tertulis pilihan ganda dan uraian. Materi tes yang digunakan oleh peneliti telah disesuaikan dengan materi pelajaran siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar semester dua tahun ajaran 2009/2010. Observasi. Suharsimi Arikunto (2006: 15) mengemukakan bahwa observasi atau disebut dengan pengamatan mengikuti kegiatan pemusatan perhatian pada suatu objek penelitian. Metode observasi ini lebih cendrung untuk melihat dengan mengamati tingkah laku siswa secara langsung, maka alat yang paling utama adalah panca indera, terutama indera penglihatan. Observasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah observasi non partisipatif (nonparticipatory observation) yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, pengamat hanya berperan sebagai orang yang mengamati kegiatan. Guru mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Caturtunggal 1 bersama peneliti menggunakan panduan observasi untuk mengamati tindak belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan media alat peraga.
Dalam penelitian ini, kegiatan analisis data dimulai sejak awal sampai akhir tindakan. Data yang dianalisis pada awal sampai akhir tindakan yaitu data yang diobservasi, sementara data prestasi belajar IPA siswa kelas IV dianalisis pada akhir setiap siklus melalui tes. Data prestasi belajar IPA siswa kelas IV diperoleh dari perhitungan nilai hasil tes pada akhir tindakan setiap siklus. Hasil tes siswa tersebut kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan data awal berupa hasi ujian akhir semester satu terhadap data hasil tes belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Caturtunggal 1 melalui pengoptimalan media alat peraga.
Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. Siklus pertama terdiri dari dua tindakan dan siklus kedua terdiri dari dua tindakan. Siklus pertama tindakan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 Januari 2010, dan tindakan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 Januari 2010. Pelaksanaan kegiatan siklus satu yang dimulai dari tindakan pertama sampai tindakan kedua dan post tes, sudah ada perbaikan dalam bentuk peningkatan nilai rata-rata kelas dari 56,63 naik menjadi 60,77. Akan tetapi pada proses pelaksanaannya mengalami berbagai hambatan. Indikasi hambatan yang terjadi diperoleh peneliti melalui observasi dari tindakan satu sampai tindakan dua siklus pertama. Hambatan yang terjadi pada siklus satu menjadi bahan evaluasi dan refleksi peneliti bersama guru untuk melaksanakan siklus berikutnya. Upaya perbaikan yang dilakukan oleh peneliti bersama guru mengalami keberhasilan. Keberhasilan yang dimaksud adalah adanya peningkatan nilai rata-rata kelas pada siklus dua bila dibandingkan dengan siklus satu. Nilai rata-rata kelas pada siklus pertama 60,77 pada siklus dua meningkat menjadi 70,97.
Pada siklus dua beberapa hambatan tersebut mulai diperbaiki melalui hasil evaluasi dan refleksi peneliti bersama guru. Perbaikan yang dilakukan bertujuan agar apa yang menjadi hambatan dan kekurangan pada siklus pertama dapat teratasi pada siklus dua. Beberapa hambatan yang diperbaiki oleh peneliti bersama guru pada siklus dua yaitu meningkatkan pengawasan terhadap siswa yang dianggap sering menimbulkan kekacauan, mondar-mandir di dalam kelas, menganggu kegiatan pembelajaran, dan kepada siwa yang kurang bahkan tidak memperhatikan penjelasan guru. Contoh lain dari refleksi yang dilakukan adalah guru menyampaikan materi dengan ritme pelan, dalam menyampaikan materi selalu melakukan pengulangan, dan meningkatkan mobilitas gerak di dalam kelas. Pada saat praktik percobaan dilaksanakan guru meningkatkan pengarahan dan pengawasan kepada setiap siswa. Praktik percobaan dilakukan secara perlahan mulai dari tahap pertama sampai dengan tahap terakhir sesuai dengan petunjuk yang sudah disusun sebelumnya.
Pandangan Piaget dalam C. Asri Budiningsih (2005: 38) yang mengatakan bahwa anak usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) kemampuan berpikir dan bernalar masih berada pada tahap operasional konkret, merupakan sebuah pandangan yang relevan dengan penerapan alat peraga dalam pembelajaran. Melalui penggunaan alat peraga siswa bisa memahami materi lebih jelas dan dalam, karena siswa sendiri ikut dilibatkan langsung berupa mengamati dan praktik percobaan.
Keterlibatan siswa secara langsung dalam menggunakan media alat peraga dilakukan melalui pembagian siswa menjadi beberapa kelompok. Pembagian yang ideal adalah satu kelompok terdiri dari dua siswa. Dengan jumlah satu kelompok terdiri dari dua siswa, maka siswa dapat secara bergantian untuk mempraktikan langsung media alat peraga yang digunakan. Cara yang digunakan untuk praktik berdasarkan petunjuk percobaan yang sudah disusun. Keterlibatan siswa secara langsung dalam praktik media alat peraga dapat memberikan keberhasilan dalam pembelajaran.
Pengoptimalan penggunaan media alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Caturtunggal 1, Kec. Depok, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta berupa peningkatan nilai rata-rata kelas. Nilai rata-rata kelas mata pelajaran IPA siswa kelas IV pada kondisi awal sebelum diberikan perlakuan adalah 56,63 meningkat menjadi 60,77 pada siklus pertama. Berdasarkan upaya perbaikan yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru melalui evaluasi dan refleksi maka pada siklus kedua nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan lagi yaitu 70,97.
Peneliti menyarankan kepada guru mata pelajaran IPA kelas IV sebaiknya mengoptimalkan penggunaan media alat peraga yang sudah ada di sekolah. Guru mata pelajaran IPA kelas IV sebaiknya menggunakan alat peraga IPA dalam pembelajaran secara optimal, dimana siswa diusahakan untuk dilibatkan melakukan praktik langsung bukan hanya guru yang menggunakan media melainkan siswa juga terlibat langsung. Guru mata pelajaran IPA kelas IV sebaiknya ketika melaksanakan pembelajaran diharapkan melakukan pengawasan dan bimbingan yang merata kepada setiap siswa. Selain itu khusus untuk siswa yang dianggap berpotensi menimbulkan ketidakkondisifan diharapkan mendapat perhatian khusus. Kepada Kepala Sekolah SD Negeri Caturtunggal 1, sekolah hendaknya memfasilitasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA dengan mengoptimalkan media alat peraga yang sudah tersedia di sekolah. Kepala Sekolah hendaknya bertindak sebagai perentara dalam pengadaan fasilitas media alat peraga IPA secara memadai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar