Rabu, 11 Maret 2009

"Indonesia Mana Budaya Timurmu......!!!???




Oleh: Damaskus Beny


Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memegang teguh budaya-budaya ketimuran, begitu orang-orang indonesia menilai dirinya. Sedangkan budaya timur itu sendiri pada umumnya sangat memperhatikan apa yang dinamakan moralitas dari berbagai sendi-sendi kehidupan apakah itu di bidang pergaulan antara sesama lawan jenis, pola hidup, pergaulan, tutur kata berbahasa, sikap perilaku, dll. Budaya-budaya ketimuran itu selalu diterapkan dan dijalankan dalam pergaulan keseharian hidup mereka, baik di lingkungan tempat tingal maupun ketika berada di laur negeri ini..Bangsa-bangsa luarpun mengenal bahwa orang-orang Indonesia pemegang teguh budaya ketimuran. Seiring berjalannya waktu, perkembangan dunia global dan kemajuan IPTEK membawa banyak perubahan pada sendi-sendi kehidupan manusia indonesia. Perubahan-perubahan itu bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu yang pertama perubahan ke arah yang menguntungkan atau kemajuan atau bahasa ngetrentnya ke arah yang positif, perubahan yang kedua yaitu perubahan ke arah yang negatif. Pada dasarnya semua sesuatu yang mengarah kepada hal-hal yang menguntungkan itu baik untuk siapapun akan tetapi tanpa kita sadari untuk memperoleh sesuatu yang menguntungka kita mesti berkorban atau harus siap terhadap dampak negatif yang ditimbulkan. Bila kita cermati keadaaan duania secara umum dan indonesia secara parsial, seolah-olah tidak mempunyai batasan lagi antara satu daerah dengan daerah lain bahkan antara satu negara dengan negara lain. Fenomena ini tentunya tidak terlepas dari peranan kemajuan di bidang IPTEK yang mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan IPTEK tersebut tentu membawa manusia ke arah peradaban dunia yang transparan terhadap dunia lain dan ke arah kemajuan beradaban manusia yang signifikan.Baik itu dibidang IT, Komunikasi, dll. Akan tetapi kayaknya manusia kurang memperhitungkan dampak Negatif dari kesemua kemajuan itu atau memang salah manusia itu sendiri yang kurang memperhatikan filterisasi yang proporsional dalam menghadapi dampak-dampak negatif yang sedang maupun yang akan terjadi. Fenomena dampak Negatif itu terlihat seolah-olah bergentayangan di negeri ini memang sudah menjadi rahasia umum negeri ini betapa tidak karena sudah banyak budaya ketimuran indonesia yang mengalami pergesaran atau keluar dari relnya. Diantara Budaya timur yang sudah kelihatan dan paling nampak yang sedang terjadi dan berlansung di tengah-tengah masyarakat indonesia saat ini seperti Life Style, Narkoba, Kenakalan Remaja, Fashion dalam berpakaian, Pergaulan Bebas/Sex Bebas di kalangan remaja maupun di kalangan orang-orang dewasa dan masih banyak lainya lagi. Diantara Budaya-budaya ketimuran yang mengalami pergeseran tersebut yang paling banyak mengundang perhatian dan diangap sebagai perusak generasi penerus bangsa ini adalah pergaulan bebas di kalangan remaja (Sex bebas di luar nikah) dan Narkoba. Persepsi ini bukan hanya ucapan mulut semata melainkan mempuanyai dasar fakta di lapangan yang otentik, hal ini dapat terlihat bahwa sampai sekarang ini tingkat aborsi, bunuh diri, Narkoba, tawuran, dan Kriminal semakin meningkat tajam dari tahun ke tahun yang terjadi di bumi yang terkenal dengan kebudayan timur ini. Nah pertannya kalau generasi bangsa kita sudah diracuni dan tercemar seperti ini terus mau kita kemanakan masa depan bangsa ini yang telah diperjuangkan dengan pegorbanan nyawa dan tetesan darah para pejuang dan negarawan bangsa ini ................???? kapan kita mau memulai mengkonstruksi filterisasi terhdapan kemajuan dunia global ini yang harapanya bisa menyelamatkan setidaknya sekian persen anak cucu kita nanti. Untuk itu mari kita memulainya dengan hal-hal kecil di dalam keluarga kita baru kita perjuangkan yang di luar sana. Maukah kita melakukannya.....???tergantung,,,,,,kita yang mengambil keputusan, karena hidup itu adalah pilihan. Salam Perjuangan ..............!!!! Merdeka ............!!!!

Selasa, 10 Maret 2009

"KARET ALAM INVESTASI MASA DEPAN YANG MENJANJIKAN"


Minggu, 2009 Maret 08


Oleh: Damaskus Beny

Karet Alam bagi kebanyakan orang-orang yang berada di Kalimantan dan Sumatera bukanlah sesuatu yang asing lagi di telinga mereka, kebetulan saya asli putra daerah Kal-Bar.Keberadaannya di tengah masyarakat sudah menjadi bagian kehidupan dan sejarah yang tidak terlupakan sampai kapanpun. Kebiasan masyarakat daerah Kalimantan yang hidup bergantung dari alam merupakan cerminan bahwa karet merupan salah satu Nafas atau urat nadi kehidupan.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman maka perubahan pada sendi-sendi kehidupan manusia juga mengalami perubahan dan pergeseran begitu juga dengan sendi-sendi kehidupan pada masyarakat Kalimantan Barat khususnya yang berada di daerah pedalaman. Mata pencarian masyarakat daerah yang dulunya banyak mengandalkan ketersedian alam secara alami kini memaksa mereka untuk mengadakan inovasi mata pencarian yang tetap bertumpu pada alam. Karet alam merupan alternatif mata pencarian yang menjanjikan bagi kehidupan mereka, karena pengelolaannya yang terbilang simple dan sederhana dan hasil yang diperolehpun tidak terlalu mengecewakan. Sudah sekian lamanya bahkan sidah bertahun-tahun kehidupan mereka bergantung pada karet alam dimana hasil yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kehidupan mereka yang tidak dapat disediakan oleh alam sekitar. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan dunia juga membawa mereka hidup pada tahap yang tidak bisa dihindari yaitu meningkatnya kebutuahan dan tuntutan hidup demi menjaga dan mempertahankan kehidupan mereka. Pekerjaan menoreh (sebutanyang sering digunakan untuk menyadap karet) yang dulunya hanya sebatas untuk memenuhi kehidupan mereka yang tidak disediakan oleh alam kini menjadai tumpuan di semua sektor perekonomian kehidpan mereka.Semejak era tahun 90an bergulir di daerah pedalaman Kal-Bar semejak itu juga kesadaran arti penting dunia pendidikan menjadi isu yang penting. Mulai satu persatu diantara putra-putri daerah pedalaman Kal-Bar berjuang untuk mengenyam dunia pendidikan. Peran Karet alam dalam menopang dunia pendidikan anak-anak pedalaman Kal-Bar sangat besar dan bearti, karena sebagian besar orang tua ,mereka bekerja sebagai petani karet. Kini sudah banyak serjanawan yang telah berhasil dan sukses karena karet alam, mereka adalah orang-orang pejuang tangguh yang tak pernah kenal lelah untuk menatap masa depan yang lebih baik. Akan tetapi kini keberadaan karet yang terbilang sebagi ikonnya kehidupan masyarakat di pedalaman Kal-Bar sudah terancam punah dan terabaikan. Permasalahan ini tidak terlepas dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap budidaya karet alam tersebut. Padahal kemampuan karet alam dalam menyerap tenaga kerja setidaknya bisa menguarangi jumlah angka penganguran sekian persen yang ada di Republik ini.
Faktor lain adalah keberadaan Kelapa sawit oleh para Investor baik Lokal, Nasional maupun Asing menjadi keberadaan karet seolah-olah terpinggirkan. Padahal jika kita cermati Karet alam bisa produktif dan bertahan sampai usia 35 tahun dan dampakak yang ditimbulkan bagi alam sekitarpun tidak begitu berpengaruh. Kalaupun Kelapa Sawit dikatakan lebih menjanjukan dibandingkan dengan karet alam saya rasa perlu diklarifikasi lagi karena siapa yang tidak tahu bahwa karet memegang peranan penting sebagai bahan baku dalam dunia Industri maupun Otomotif. Sekarang tingal kita yang memilih, mana yang seharusnya dibudidayakan dan diolah sepenuhnya...................???karena dunia kerja juga merupakan pilihan. Salam untuk teman-teman yang berjuang karena ditopang oleh Karet Alam.

"Kesenjangan Fasilitas SD di Sentero RI"


Minggu, 2009 Maret 08

Oleh: Damaskus Beny

Untuk memperoleh keberhasialan di bidang pendidikan bukan pekerjaan mudah dan instan hal itu tentunya harus banyak faktor yang mendukung, begitu juga dengan keberhasilan di bidang pendidikan tingakat Sekolah Dasar (SD)
,pertanyanya apakah Fasilitas yang memadai itu diperlukan.....??? siapa bilang tidak......Keberadaaan fasilitas dalam proses kegiatan belajar mengajar(KBM) sangat berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran itu sendiri, jika suatu sekolah atau instansi pendidikan seperti SD misalnya mempnyai fasilitas yang memadai bukan tidak mungkin proses kegiatan belajar mengajar akan menjadi lebih menyenagkan dan mendapat hasil yang positif.

Peserta didik akan merasa nyaman dan memilki motivasi belajar yang tinggi bila ditunjang dengan fasilitas sekolah yang memadai dan di barengi dengan keberadaaan guru-guru yang handal. Bagi kebanyakan pengamat pendidikan di negeri ini yang sebagian besar tinggal di daerah perkotaan mereka mungkin belum mengetahui secara detail bagaiman keadaan dan fasilitas-fasilitas sekolah di pedalaman-pedalaman indonesia seperti di daerah Kal-Bar. Saat ini tepatnya tangal 9 Maret 2009 saya berada di Yogyakarta sebagai salah satu mahasiswa aktif UNY yang tentunya sudah banyak tahu tentang SD-SD yang ada di DIY. Saya melihat kebanyakan SD di DIY rata-rata sudah memiliki fasilitas sekolah yang menunjang dan memadai. Seperti yang terdapat pada salah satu SD Caturtungal 1 Depok, Sleman tempat saya Observasi KKN-PPL yang sudah mempunyai Lab Komputer dan menjadi Eskul bagi Siswa/idi sekolah tersebut. Fasilitas tersebut memang sudah layak dan seharusnya diperoleh oleh para siswa/i generasi penerus bangsa ini. Akan tetapi ada satu hal dan pertanyaan yang mengganjal di hati dan pikiran saya, dimana SD-SD yang terdapat di daerah pedalaman di Kal-Bar sangat kontras sekali keadaaanya dibandingkan dengan SD-SD di perkotan. Jangankan Lap komputer ruang sekolah saja masih semerawut begitu juga dengan guru-guru yang masih minim baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Saya tahu betul bagaimana keadaan SD-SD di daerah pedalaman Kal-Bar karena kebetulan saya adalah putra daerah Asli pedalaman Kal-Bar. Kita semua tentu mengharapkan tidak adanya semacam kesenjangan dan diskriminan yang akan terjadi di masa yang akan datang, cukuplah yang sudah terjadi menjadi bahan repleksi kita bersama dan berusaha untuk memperbaki keadaan.

Berbagai upaya pemerintah dewasa ini sudah mulai digerakan mulai dari mengalirkan dana BOS dan menyekolahkan putra-putri negeri ini untuk menjadi guru dan pendidik yang handal dimasa yagng akan datang. Salah satunya Program PGSD S-1 Berasrama dan Berikatan Dinas khusus untuk putra-putri daerah Kal-Bar yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat pada tahun 2006 lalu diumana nantinya selesai studi akan ditempatkan pada SD-SD terpenci yang memang memerlukan ikon-ikon baru untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Akhir kata Mari kita Bangun Bangsa ini tanpa memperhatikan perbedaan menjadi suatu permasalahan akan berjuanglah supaya bisa merasakan baik susah maupun sengan secara bersama-sama.


"GURU ANTARA GAJI DAN PROFESIOANLISME"


Minggu, 2009 Maret 08



Oleh: Damaskus Beni

Siapa itu Guru...........??? di era tahun 60an sampai dengan 90an profesi guru dianggap oleh masyarakat sebagai suatu pekerjaan yang rendahan dan tidak mempunyai prospek kehidupan yang menjanjikan untuk masa depan.Persepsi dan anggapan masyarakat Indonesia pada saat itu tentunya mempunyai banyak alasan yang melata belakangi. Betapa tidak kesejahteraan guru yang diidentik dan diukur dengan besaran gaji yang diperoleh sungguh di luar nalar sehat kita.Tidak pelak lagi bahwa posisi guru di mata masyarakat semacam tersingkirkan dan terabaikan padahal siapa menyangka bahwa keberhasialan hidup putra-putri penerus bangsa ini sangat ditentukan oleh Guru.

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya siklus kehidupan manusia membawa angin segar kepada ikon-ikon guru di negeri ini. Wacana pemerintah untuk memperhatikan kesejahteraan guru yang tertuang dalam UU No 14 tahun 2005 UU tentang Guru dan Dosen memberikan sejuta harapan dan tetesan embun kehidupan yang telah lama dinanti oleh guru-guru di Republik ini. Penghargaan terhadap Guru di Negeri ini memang sudah saatnyalah diperhatikan, karena guru merupakan instrumen penting dalam kemajuan bangsa untuk bisa eksis dan bersaing di kancah pergaulan Dunia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke 4. Dengan demikian di harapakan animo dan persepsi masyarakat yang memandang profesi guru sebagai pekerjaan yang yang tidak mempunyai prospek kehidupan yang menjanjikan untuk masa depan bisa berangsur-angsur sirna. Kesejahteraan yang dijanjikan tentunya harus dibarengi dengan peningkatan mutu dan kualitas guru dalam berkarya atau lebih disebut dengn profesionalisme.

Usaha tersebut sudah diaplikasikan oleh pihak pemerintah dengan pemberlakuan sertifikasi bagi Guru dan Dosen, namun demikian diharapkan pemberlakuan tersebut tidak menjadi suatu permasalahan dan harus berjalan sesuai dengan proporsi nilai penghargaan dan etika yang ada di lapangan. Dewasa ini semejak tahun 2000an bergulir PTN dan PTS pada Fakultas Ilmu Pendidikan yang tersebar di seluruh Nusantra menjadi salah satu Fakultas favorit bagi para mahasiswa/i pada saat tahun ajaran baru dimulai. Fenomena ini diharapkan tetap terus berlansung dan membawa citra positif bagi guru-guru dan pendidik. Dengan demikian dari peristiwa tersebut semoga bisa melahirkan ikon-ikon guru dan pendidik yang benar-benar berkompeten dan berkualitas demi memperjuangkan kebesaran bangsa ini di mata dunia. Semoga citra Positif seorang Guru tetap eksis secara continue dan hidup sepanjang masa. Salam untuk ikon-ikon Guru dan Pendidik Indonesia terus...!!! berkarya dan pantang menyerah tetap semangat.........!!!!

Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran Sains


Kamis, 2008 Desember 18

Oleh: Damaskus Beny

Teori Konstruktivismedidefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.

2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.KonstruktivismeKonstruktivisme merupakan satu pendekatan yang didapati sesuai dipraktikkan dalam pengajaran dan pembelajaran sains. Dalam pendekatan ini murid dianggap telah mempunyai idea yang tersendiri tentang sesuatu konsep yang belum dipelajari. Idea tersebut mungkin benar atau tidak.Konstruktivisme melibatkan lima fase, iaitu:1.

Guru menerka pengetahuan sedia ada murid pada permulaan sesuatu pelajaran melalui soal jawab atau ujian.2. Guru menguji idea atau pendirian murid melalui aktiviti yang mencabar idea atau pendiriannya.3. Guru membimbing murid menstruktur semula idea.4. Guru memberi peluang kepada murid mengaplikasikan idea baru yang telah diperoleh untuk menguji kebenarannya.5. Guru membimbing murid membuat refleksi dan perbandingan idea lama dengan idea yang baru diperoleh.
Prinsip-prinsip KonstruktivismeKonstruktivisme merupakan suatu pendekatan p&p yang berdasarkan premis bahawa kognisi (pembelajaran) diakibatkan oleh “pembinaan mental”.

Dengan kata-kata lain, pelajar mempelajari dengan mencantumkan maklumat baru dengan pengetahuan sedia adanya. Ahli konstruktivis menegaskan bahawa pembelajaran dipengaruhi oleh konteks sesuatu idea diajar serta kepercayaan dan sikap pelajar.Caine dan Caine (1991) menenaraikan 12 prinsip pembelajaran ala konstruktivisme:1. Otak itu prosesor yang selari. Ia memproses banyak jenis maklumat termasuk fikiran, emosi dan pengetahuan budaya. Pengajaran yang efektif menggunakan pelbagai strategi pengajaran.2. Pembelajaran melibatkan keseluruhan fisiologi.

Guru tidak boleh menumpukan kepada intelek sahaja.3. Usaha untuk mencari makna bersifat semula jadi. Pengajaran efektif menyedari bahasa pengertian bagi seseorang adalah personal dan unik, pemahaman seseorang pelajar bergantung kepada pengalaman uniknya.4. Usaha untuk mencari makna berlaku melalui pencorakan. Pengajaran efektif menghubungkaitkan idea dan maklumat dengan konsep dan tema global.5. Emosi adalah kritikal kepada pencorakan. Pembelajaran dipengaruhi oleh emosi, perasaan dan sikap.6. Otak memproses bahagian kecil dan keseluruhannya secara serentak. Orang menghadapi masalah membelajari sesuatu jika bahagian kecil atau keseluruhan diabaikan.7. Pembelajaran melibatkan perhatian berfokus dan persepsi keliling (peripheral).

Pembelajaran dipengaruhi oleh persekitaran, kebudayaan dan iklim.8. Pelajaran melibatkan proses sedar dan tak sedar. Pelajar memerlukan masa untuk memproses ‘apa’ dan ‘bagaimana’ isi pelajarannya.9. Terdapat sekurang-kurangnya dua jenis ingatan: sistem ingatan ruang (spartial) dan sistem ingatan untuk pembelajaran hafalan. Pengajaran yang terlalu mengutamakan pembelajaran hafalan tidak memajukan pembelajaran ruang dan pembelajaran berasaskan pengalaman boleh menghalang pemahaman murid.10. Pelajar memahami dan mengingati dengan baik jika fakta dan kemahiran diselitkan dalam ingatan natural dan ruang. Pembelajaran eksperimen adalah paling efektif.11. Pembelajaran diperkuatkan oleh cabaran dan dibantutkan oleh ancaman.

Iklim bilik darjah harus mencabar tetapi tidak mengugut pelajar.12. Setiap otak adalah unik. Pengajaran mestilah dipelbagaikan agar murid-murid dapat menyatakan kecenderungan masing-masing.Filsafat Kontruktivis dan Pembelajaran KontekstualPada bagian ini akan diuraikan beberapa pendekatan baru dalam pembelajaran matematika yang relevan dengan paradigma baru pendidikan sebagaimana dijelaskan di atas. Pedekatan terebut adalah: konstruktivis dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning).KonstruktivisMenurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus (Suparno, 1997).Prinsip-prinsip kontruktivisme banyak digunakan dalam pembelajaran sains dan matematika. Prinsip-prinsip yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial, (2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar, (3) murid aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah, (4) guru sekadar membantu penyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus (Suparno, 1997).Menurut filsafat konstruktivis berpikir yang baik adalah lebih penting daripada mempunyai jawaban yang benar atas suatu persoalan yang dipelajari. Seseorang yang mempunyai cara berpikir yang baik, dalam arti bahwa cara berpikirnya dapat digunakan untuk menghadapi fenomen baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan lain (Suparno, 1997).

Seringkali diungkapkan bahwa menurut paradigma baru pendidikan peran guru harus diubah, yaitu tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada para siswanya, tetapi harus mampu menjadi mediator dan fasilitator. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut.1. Menyediakan pengalaman belajar yang memeungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. Karena itu memberi ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka (Watt & Pope, 1989). Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru harus menyemangati siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik (Tobin, Tippins, & Gallard, 1994).3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa. (Suparno, 1997).Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh pengajar.

1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan.2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat.3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar juga di tengah pelajar.4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru. (Suparno, 1997).Pembelajaran KontekstualPembelajaran kontekstual berangkat dari suatu kenyakinan bahwa seseorang tertarik untuk belajar apabila ia melihat makna dari apa yang dipelajarinya. Orang akan melihat makna dari apa dipelajarinya apabila ia dapat menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan dan pengelamannya terdahulu.

Sistem pembelajaran kontekstual didasarkan pada anggapan bahwa makna memancar dari hubungan antara isi dan konteksnya. Konteks memberi makna pada isi. Lebih luas konteks, dalam mana siswa dapat membuat hubungan-hubungan, lebih banyak makna isi ditangkap oleh siswa. Bagian terbesar tugas guru, dengan demikian, adalah menyediakan konteks. Apabila siswa dapat semakin banyak menghubungkan pelajaran sekolah dengan konteks ini, maka lebih banyak makna yang akan mereka peroleh dari pelajaran-pelajaran tersebut. Menemukan makna dalam pengetahuan dan ketrampilan membawa pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan tersebut (Johnson, 2002).Ketika siswa menemukan makna dari pelajaran di sekolah, mereka akan memahami dan mengingat apa yang telah mereka pelajari. Pembelajaran konteksual memungkina siswa mampu menghubungkan pelajaran di sekolah dengan konteks nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga mengetahui makna apa yang dipelajari.

Pembelajaran kontekstual memperluas konteks pribadi mereka, sehingga dengan menyediakan pengalaman-pengalaman baru bagi para siswa akan memacu otak mereka untuk membuat hubungan-hubungan yang baru, dan sebagai konsekuensinya, para siswa dapat menemukan makna yang baru (Johnson, 2002).Pembelajaran kontekstual merupakan sistem yang holistik (menyeluruh). Ia terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan, yang apabila dipadukan akan menghasilkan efek yang melebihi apa yang dapat dihasilkan oleh suatu bagian secara sendiri (tunggal). Persis seperti biola, celo, klarinet dan alat musik yang lain dalam suatu orkestra yang mempunyai suara yang berbeda, tetapi secara bersama-sama alat-alat musik tersebut menghasilkan musik. Jadi, bagian-bagian yang terpisah dari CTL melibatkan proses yang berbeda, apabila digunakan secara bersama-sama, memungkinkan siswa membuat hubungan untuk menemukan makna. Setiap elemen yang berbeda dalam sistem CTL memberikan kontribusi untuk membantu siswa memahami makna pelajaran atau tugas-tuga sekolah.

Digabungkan, elemen-elemen tersebut membentuk suatu siswa yang memungkinkan siswa melihat makna dari pelajaran sekolah, dan menyimpannya (Johnson, 2002).Dari uraian di atas, CTL didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dari pelajaran sekolah yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pelajaran tersebut dengan konteksnya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi, sosial, maupun budaya. Untuk mencapai tujuan itu, sistem tersebut meliputi delapan komponen: (1) membuat hubungan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) pengaturan belajar sendiri, (4) kolaborasi, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) mendewasakan individu, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian autentik. (Johnson, 2002).
MODUL 8MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPAKegiatan Belajar 1Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPATugas guru dalam mengajar terutama adalah membantu transfer belajar.

Tujuan melakukan transfer belajar adalah menerapkan hal-hal yang sudah dipelajari ada situasi baru. Caranya dengan menjadikannya lebih bersifat umum. Terdapat perbedaan mendasar antara pendapat penganut teori belajar perilaku dengan penganut teori belajar kognitif. Perbedaan tersebut terutama dalam hal perubahannya. Menurut teori belajar perilaku belajar melibatkan perubahan perilaku, sedangkan menurut teori belajar kognitif belajar melibatkan perubahan pemahaman. Pandangan konstruktivis lebih menekankan belajar sebagai upaya membangun konsep atau argumen yang harus dilakukan sendiri oleh siswa yang belajar (dengan bantuan guru atau orang dewasa). Konsepsi awal siswa mendapat perhatian dalam pembelajaran berdasarkan pandangan konstruktivis. Tugas guru adalah menciptakan situasi konflik setelah siswa mengemukakan gagasannya, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimen atau observasi (atau membaca) melalui interaksi sosial, mengemukakan konsepsi barunya dan menerapkannya pada situasi baru. Agar belajar IPA menjadi bermakna, maka perlu ada konteks ekologi konsepsi yang sesuai, seperti rasa tidak puas pada anak dengan gagasan yang dimilikinya; gagasan baru yang dapat dimengerti (inteligible); konsepsi baru yang masuk akal (plausible); dan konsepsi baru yang bermanfaat (fruitful). B.Teori Konstruktivis dalam Pembelajaran IPAKonstruktivis adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankanbahwa pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri (Von Glaserfelt dalamSuparno, 1997).

Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan, bahwaanak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajarsecara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuanyang lebih tinggi (Slavin, 1994; Abruscato, 1999).Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan merekasendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luardan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja mentalaktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Dalam kerja mentalsiswa, guru memegang peranan penting dengan cara memberikan dukungan,tantangan berfikir, melayani sebagai pelatih atau model, namun siswa tetapmerupakan kunci pembelajaran (Von Glaserfelt dalam Suparno, 1997; Abruscato,1999).Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikanadalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepadasiswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Gurudapat memberikan kepada siswa atau peserta didik anak tangga yang membawasiswa akan pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri harusmemanjat anak tangga tersebut (Slavin, 1994).Pada bagian ini akan dikemukakan dua teori yang melandasi pendekatankonstruktivis dalam pembelajaran IPA yaitu Teori Perkembangan KognitifPiaget, dan Teori Perkembangan Mental Vygotsky.

PENDIDIKAN SEBAYA


Kamis, 2008 Desember 11

Oleh: Damaskus Beny


PANDUAN PENDIDIK SEBAYA DEFINISI PENDIDIK SEBAYA DAN PERSYARATAN

Siapakah Pendidik Sebaya itu? Pendidik Sebaya adalah orang yang menjadi narasumber bagi kelompok sebayanya. Mereka adalah orang yang aktif dalam kegiatan sosial di lingkungannya, misalnya aktif di karang taruna, pramuka, OSIS, pengajian, PKK, dan-lain-lain.Mengapa Pendidik Sebaya diperlukan?Karena Pendidik Sebaya menggunakan bahasa yang kurang lebih sama sehingga informasi mudah dipahami oleh sebayanya.

Teman sebaya mudah untuk mengemukakan pikiran dan perasaannya di hadapan pendidik sebayanya.Pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih terbuka dan santai.Apakah syarat-syarat menjadi Pendidik Sebaya?Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya;Berminat pribadi menyebarluaskan informasi KR;Lancar membaca dan menulis;Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain: ramah, lancar dalam mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar serta senang menolong;Pengetahuan apa saja yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya? Yang perlu dimiliki terutama adalah :Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, mencakup: organ reproduksi dan fungsinya, proses terjadinya kehamilan, Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, metode kontrasepsi dan lain-lain.

Pengetahuan mengenai hukum, agama dan peraturan perundang-undangan mengenai Kesehatan Reproduksi.Keterampilan apa saja yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya? Pendidik Sebaya harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal, yaitu hubungan timbal balik yang bercirikan:Komunikasi dua arah;Perhatian pada aspek verbal dan non-verbal.Penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, perasaan dan pikiran;Sikap mendengar yang efektif.KETERANGAN Komunikasi dua arah Berbeda dengan komunikasi satu arah dimana hanya satu pihak yang berbicara, dalam tempo singkat namun hasilnya kurang memuaskan; komunikasi dua arah memungkinkan kedua belah pihak sama-sama berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan, pendapat dan perasaan. Waktu yang digunakan memang lebih lama, namun hasil yang dicapai memuaskan kedua belah pihak.

Komunikasi Verbal dan Non-Verbal Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi dengan menggunakan kata-kata. Pendidik Sebaya hendaknya: Menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami kelompok.Menghindari istilah yang sulit dimengerti.Menghindari kata-kata yang bisa menyinggung perasaan orang lain.Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tampil dalam bentuk nada suara, ekspresi wajah-wajah dan gerakan anggota tubuh tertentu. Dalam menyampaikan informasi, Pendidik Sebaya perlu mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara, menggunakan nada suara yang ramah dan bersahabat. Cara Bertanya Ada dua macam cara bertanya, yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan Tertutup:Adalah pertanyaan yang memerlukan jawaban yang singkat. Bisa dijawab dengan "Ya " dan "Tidak ."Biasanya digunakan di awal pembicaraan untuk menggali informasi dasar.Tidak memberi kesempatan peserta untuk menjelaskan perasaan/pendapatnya. Contoh:"Berapa usiamu?""Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan semacam ini?"Pertanyaan Terbuka:Mampu mendorong orang untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran.Bisa memancing jawaban yang panjang.Memungkinkan lawan bicara untuk mengungkapkan diri apa adanya. Contoh :"Apa yang kau ketahui tentang PMS?""

Bagaimana rasanya waktu mengalami haid pertama?"Mendengar efektif Dalam melaksanakan pendidikan sebaya, mendengar efektif dapat dilakukan dengan cara:Menunjukkan minat mendengarMemandang lawan bicaraTidak memotong pembicaraanMenunjukkan perhatian dengan cara bertanyaMendorong peserta untuk terus bicara baik dengan komentar kecil (misal: mm..., ya...), atau ekspresi wajah tertentu (misalnya menganggukan kepala).
PERSIAPAN KEGIATAN PENDIDIKAN SEBAYADimanakah pendidikan sebaya dapat dilakukan? Dimana saja asalkan nyaman buat Pendidik Sebaya dan kelompoknya.

Kegiatan tidak harus dilakukan di ruangan khusus. Bisa dilakukan di teras mesjid, di bawah pohon yang rindang, di ruang kelas yang sedang tidak dipakai, di aula gereja, dan sebagainya. Tempat pendidikan sebaya sebaiknya tidak ada orang lalu-lalang dan jauh dari kebisingan sehingga diskusi bisa berlangsung tanpa gangguan.Persiapan apa yang harus dilakukan oleh Pendidik Sebaya sebelum pertemuan?Membaca kembali topik yang akan disajikan, baik dari buku panduan yang telah dimiliki maupun bacaan lainnya;Menyiapkan alat bantu sesuai topik yang akan dibicarakan, misalnya alat peraga, contoh-contoh kasus, kliping koran, dan lain-lain
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEBAYABerapakah jumlah ideal peserta kegiatan pendidikan sebaya? Yang ideal, pendidikan sebaya diikuti oleh tidak lebih dari 12 peserta agar setiap peserta mempunyai kesempatan bertanya. Bila peserta terlalu banyak, tanya jawab menjadi kurang efektif, dan peserta tidak akan mendapatkan pemahaman serta pengetahuan yang cukup memadai.B

Bagaimana menyelenggarakan pendidikan sebaya?Pendidik Sebaya (PS) mencari teman seusia yang berminat terhadap kesehatan reproduksi. Hindari cara-cara pemaksaan. Para peserta harus bersedia mengikuti seluruh pertemuan yang telah disepakati.Untuk dapat memahami keseluruhan materi kesehatan reproduksi, paket pertemuan sekurangnya 8 kali. Setiap kali pertemuan berlangsung antara 2 - 2½ jam.Tempat dan waktu pertemuan ditentukan bersama oleh peserta.Pendidikan diberikan oleh dua orang Pendidik Sebaya. Satu pendidik menyampaikan dan memandu diskusi. Satu pendidik lainnya melakukan pencatatan terhadap pertanyaan yang diajukan peserta, observasi tentang proses diskusi, serta membantu menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Pendidik Sebaya pertama. Peran Pendidik Sebaya dilakukan bergantian dengan tujuan agar setiap pendidik mempunyai kesempatan untuk menyampaikan informasi dan memandu diskusi.

Selain itu mereka juga bisa saling memberikan umpan balik selama menjadi pemandu.Pendidik Sebaya memulai acara dengan menyampaikan materi selama tidak lebih dari setengah jam, waktu selebihnya digunakan untuk diskusi dan menampung pertanyaan.Bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab, jawaban bisa ditunda untuk ditanyakan kepada mereka yang lebih ahli, bisa dokter/paramedis, tokoh masyarakat atau tokoh agama, dan lain-lain.Topik-topik apa yang perlu dibahas?Pengenalan organ reproduksi laki-laki dan perempuan dan fungsinya masing-masing;Proses terjadinya kehamilan, termasuk kehamilan yang tidak diinginkan dan bahaya aborsi yang tidak aman;Metode-metode pencegahan kehamilan (metode kontrasepsi);Penyakit-penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS;Gender dan seksualitas; danNarkoba.
KIAT-KIAT MENJADI PENDIDIK SEBAYA YANG BERHASILBagaimana kiat-kiat menjadi Pendidik Sebaya yang berhasilMau terus belajar dan memperluas wawasan.Rajin mencari informasi tambahan.Menyisipkan humor dalam pemberian materi.Kreatif mencari alat bantu untuk menghidupkan suasana pembelajaran.Apakah yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh Pendidik Sebaya dalam pendidikan sebaya? Pendidik Sebaya harus melakukan hal-hal berikut:Membuat persiapan sebelum kegiatan pembelajaran;Menguasai materi;

Melibatkan semua peserta dalam kegiatan pembelajaran;Menggunakan alat bantu;Berbicara dengan jelas dan lantang;Memancing pertanyaan dari peserta pertemuan;Mengatur waktu dengan cermat;Duduk dalam lingkaran agar bisa memandang satu sama lain;Menjaga kontak mata dalam bicara;Memperhatikan bahasa tubuh peserta;Periksa apakah informasi sudah dimengerti peserta;Bersikap sabar tapi percaya diri.Pendidik Sebaya jangan melakukan hal-hal berikut:Membelakangi peserta;Meremehkan komentar dan pendapat peserta;Membaca materi. Materi sebaiknya sudah dihapai dan dipahami;Berbicara dengan nada keras kepada peserta.Menggurui.Hanya melihat pada satu atau dua peserta saja, sebaiknya memandang kepada keseluruhan secara bergantian;Menghakimi.
MENYAMPAIKAN INFORMASI KR PADA REMAJA DALAM KELOMPOK BESAR (PESERTA LEBIH DARI 50 ORANG)Pendidik Sebaya yang telah terlatih untuk memberikan atau menyampaikan informasi KR dalam kelompok yang kecil dapat meningkatkan kemampuannya pada kelompok yang lebih besar. Disebut kelompok besar bila jumlah peserta lebih dari 50 orang. Kegiatan ini sering disebut dengan penyuluhan. Contoh kegiatan ini adalah:Ceramah di sekolah;Ceramah pada peringatan hari-hari khusus, misalnya acara Tujuh Belas Agustus, Hari Kartini, Hari Pendidikan Nasional, dan sebagainya;Penyuluhan kader di desa;Penyuluhan pada organisasi kemasyarakatan, misalnya: pramuka, karang taruna, pengajian, remaja gereja, dan sebagainya.Dalam menghadapi kelompok besar, apa saja yang harus diperhatikan oleh Pendidik Sebaya? Sebelum penyuluhan, seorang Pendidik Sebaya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:Kesiapan PribadiMembaca materi yang akan disampaikan;Cari informasi mengenai peserta penyuluhan;Bahasa dan alat bantu yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan keadaan peserta penyuluhan;Rencanakan skenario alokasi waktu dan melatih diri untuk kegiatan ceramah.Pengaturan TempatMeskipun jumlah peserta banyak, jika ruangan memungkinkan atur kursi/tempat duduk yang memudahkan interaksi antara pendidik dan peserta.Hindari bentuk susunan tempat duduk berderet kebelakang seperti di kelas/sekolah. Idealnya kursi tersusun membentuk huruf "U ".Alat BantuPastikan ketersediaan fasilitas alat bantu, misalnya: OHP, in-focus, pengeras suara (microphone), listrik, dan sebagainya. Perhatikan apakah alat-alat tersebut dapat berfungsi dengan baik.Pastikan bahwa alat bantu (termasuk gambar) yang digunakan dapat dilihat oleh semua peserta dengan mudah.Jika menggunakan lembar transparan, perhatikan jumlah baris kalimat dalam setiap tampilan tidak lebih dari 7 baris ke bawah.Jika menggunakan tulisan tangan, gunakan huruf besar yang jelas agar mudah terbaca.Tiba di tempat lebih awal dari waktu penyuluhan (+ 15-30 menit) untuk memeriksa fasilitas alat bantu.Pada saat penyuluhan, seorang Pendidik Sebaya harus memperhatikan sebagai berikut:Perkenalkan diri sebelum memulai penyuluhan.Secara singkat, jelaskan tujuan dari topik yang akan disampaikan.Sampaikan informasi secara menarik, berbicara singkat dan mudah dimengerti. Sisipkan humor-humor segar.Pastikan suara dapat didengar dengan jelas oleh seluruh peserta.

Hindari nada suara yang datar. Jangan bicara terlalu cepat.Kemukakan hal-hal yang penting terlebih dahulu.Tekankan hal-hal yang perlu diingat.Hindari istilah tehnis medis atau istilah asing, misalnya: discharge, ovum, dan lain-lain.Pada awal penyampaian dan setiap pergantian topik, jangan lupa gali pengetahuan peserta dengan cara memberikan 1 - 2 pertanyaan terkait. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya komunikasi satu arah. Contoh: Topik penyuluhan: Penyakit Menular Seksual (PMS) Pertanyaan:"Apakah yang anda ketahui tentang PMS?""Sebutkan jenis-jenis PMS?""Bagaimana cara menghindari penularan PMS?"Usahakan tidak menetap pada satu posisi atau tempat, berdiri di belakang mimbar atau duduk di belakang meja.Jangan memandang pada satu arah atau beberapa peserta saja. Bagi perhatian secara merata.Perhatikan bahasa tubuh peserta. Jika peserta terlihat tidak mengerti atau tidak tertarik (terlihat mengantuk atau berbicara dengan peserta lain), pancing dengan pertanyaan yang dapat mengungkapkan pengetahuan, pemahaman dan perasaan peserta.Beri kesempatan peserta untuk bertanya. Sekali-kali, lempar pertanyaan peserta untuk dijawab oleh peserta lain. Beri pujian kepada peserta yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar.Alokasi waktu untuk setiap penyuluhan/ceramah, tidak lebih dari dua jam dengan pembagian waktu penyampaian materi dan diskusi 50% : 50%.Kira-kira 10 menit terakhir, buat rangkuman dari seluruh pembicaraan dan hasil diskusi.Akan lebih baik jika Pendidik Sebaya menyiapkan ringkasan informasi yang dipresentasikan untuk dibagikan pada peserta di akhir ceramah.Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam perpisahan dan terima kasih.
Lampiran Contoh Penyampaian Materi Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Pendidik Sebaya Pendidik Sebaya diharapkan kreatif dalam menyampaikan materi kesehatan reproduksi remaja. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kebosanan dalam penyampaian. Penyampaian materi bisa dilakukan dengan cara curah pendapat, diskusi kelas/kelompok, bermain peran/drama, demonstrasi, ceramah singkat, dll. Berikut ini adalah salah satu contoh cara penyampaian.Alat Reproduksi Manusia dan Fungsinya (120 Menit)Katakan kepada peserta bahwa sekarang kita akan membahas mengenai alat-alat reproduksi manusia.Bagikan gambar peta buta alat reproduksi perempuan dan laki-laki, minta peserta untuk menuliskan nama-nama dari alat reproduksi yang telah ditentukan. Minta beberapa peserta untuk mengemukakan jawaban merekaTayangkan lembar transparan bergambar alat reproduksi perempuan dan laki-laki yang telah dilengkapi dengan nama masing-masing bagian alat reproduksi tersebut. Bahas bersama peserta nama lain yang biasa digunakan di daerah masing-masing.

Terangkan fungsi masing-masing alat, misalnya "indung telur adalah tempat sel telur diproduksi." Beri kesempatan peserta untuk mengemukakan pengetahuan mereka dan mengajukan pertanyaan.Rangkum berbagai hal penting mengenai alat reproduksi dan fungsinya.Remaja dan Perkembangannya (60 menit)Ajak peserta untuk mengingat kembali masa ketika mereka memasuki masa akil baligh. Tanyakan kepada mereka tanda-tanda dan perubahan apa yang mereka rasakan, baik fisik maupun perasaan mereka. Bahas bersama mengenai perkembangan emosi dan seksual yang terjadi pada masa tersebut. Bahas pula mengenai isu-isu yang terkait, misalnya mengenai mimpi basah dan masturbasi pada remaja laki-laki, serta menstruasi pada remaja perempuan. Tanyakan pengalaman dan penghayatan peserta ketika mengalami perubahan dan berbagai tanda tadi. Tekankan kepada peserta bahwa semua hal tersebut wajar terjadi pada seorang remaja.Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mendiskusikan pengalaman-pengalamannya.Sek, Seksualitas dan Jender (120 menit)Lakukan permainan mengenai kelahiran bayi. Minta seorang peserta perempuan berperan sebagai ibu yang baru melahirkan. Minta peserta tersebut duduk sambil menggendong bayinya (boneka), disebelahnya peserta lain diminta berperan sebagai suaminya. Beberapa peserta diminta menjadi tamu dan menanyakan berbagai hal sehubungan dengan kelahiran bayi. Misalnya, "bayimu laki-laki atau perempuan?" "jika besar nanti, kamu ingin anakmu menjadi apa?" "Kamu sendiri sebenarnya menginginkan bayi laki-laki atau perempuan?" dsb. Para tamu diminta pula untuk mengomentari jawaban pasangan suami istri tersebut.

Tanyakan kepada peserta apa yang bisa kita pelajari dari permainan tadi. Kemudian pelatih menjelaskan beda antara "seks" dan "jender." Gunakan lembar transparan bertuliskan definisi kedua kata tersebut. Jelaskan pula mengenai konsep seksualitas. Tambahkan penjelasan mengenai konsep lain yang terkait, seperti: kesehatan seksual, hak-hak reproduksi, dll. Berikan contoh-contoh kongkrit sebanyak mungkin. Kaitkan dengan perkembangan seksual remaja dan ketimpangan jender yang ada. Jangan lupa memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Pertanyaan peserta mungkin meluas hingga ke aspek perilaku seksual suatu daerah tertentu, misalnya "Sifon" di Nusa Tenggara Timur (mengenai tradisi melakukan hubungan seksual setelah seorang laki-laki di khitan) atau budaya penggunaan "tongkat Madura" (semacam batang kayu yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menyerap cairan vagina).Hubungan Seksual, Kehamilan dan Pencegahannya serta Aborsi (180 menit)Katakan pada peserta bahwa topik bahasan selanjutnya adalah hubungan seksual, kehamilan dan pencegahannya, serta aborsi.Lakukan curah pendapat tentang apa yang dimaksud dengan hubungan seksual. Lengkapi jawaban dengan penjelasan bahwa hubungan seksual dalam bahasan ini merujuk kepada ekspresi/tindakan seksual yang berpeluang besar untuk terjadinya kehamilan. Misalnya dengan mendekatkan, menggesekkan, memasukkan sebagian atau seluruh penis ke dalam vagina memungkinkan masuknya sperma ke dalam vagina.Ajak peserta untuk membahas tentang kehamilan. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok kecil @ 4-5 orang. Minta kelompok untuk membahas proses terjadinya suatu kehamilan. Beri peserta waktu 15 menit untuk mendiskusikan dan menyiapkan hasil diskusi kelompoknya untuk dipresentasikan.Lengkapi presentasi kelompok dengan menayangkan lembar balik transparan tentang proses kehamilan.Selanjutnya, katakan kepada peserta bahwa kita akan beralih pada pembahasan mengenai pencegahan kehamilan. Lakukan curah pendapat mengenai berbagai metode/cara untuk mencegah kehamilan. Ajak peserta untuk aktif menyumbangkan pendapat mengenai hal ini. Pelatih perlu menjelaskan bahwa cara pencegahan kehamilan terbagi dalam cara alami (misalnya, metode kalendar/pantang berkala, senggama terputus, pemeriksaan lendir pada vagina) dan cara modern (kondom, AKDR/IDU/Spiral, pil, suntik, susuk, PKPK/pil kontrasepsi pencegah kehamilan, sterilisasi). Gunakan buku Pedoman Kesehatan Reproduksi sebagai rujukan. Lakukan tanya jawab.Katakan kepada peserta bahwa sekarang akan dibahas mengenai kehamilan yang tidak diinginkan. Lontarkan pertanyaan: "Kondisi dan alasan apa saja yang membuat suatu kehamilan tidak diinginkan?" Lakukan pembahasan dengan merujuk buku Pedoman Kesehatan Reproduksi mengenai kehamilan yang tidak diinginkan. Minta peserta untuk memberikan contoh-contoh yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal.Sampaikan bahwa aborsi merupakan topik terakhir dalam pembicaraan ini. Lakukan permainan pendahuluan "jaring laba-laba." Minta enam peserta untuk menjadi relawan. Satu peserta diminta berperan sebagai remaja putri (RP) yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, karenanya ingin mengugurkan kandungannya. Lima peserta lainnya berdiri mengelilinginya. Peserta lain diminta menjadi observer. Pelatih menceritakan dengan singkat riwayat RP tersebut. Katakan bahwa RP adalah murid SMU kelas 2 yang dihamili dan ditinggal pergi oleh pacar. Pelatih menanyakan pertanyaan sebagai berikut:

"Mengapa RP memutuskan untuk menghentikan kehamilannya?" Minta peserta untuk memberikan kemungkinan jawaban. Untuk setiap jawaban yang dampaknya memberatkan RP, minta para peserta yang mengelilingi untuk menjeratkan tali secara bergiliran pada tubuh RP. Semakin banyak jawaban yang memberatkan RP semakin banyak jeratan pada tubuhnya. Kemudian pancing pendapat peserta bagaimana mencegah terjadinya kejadian kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap jawaban yang memberikan pemecahan persoalan, membuka jeratan yang melingkar di tubuh RP. Setelah permainan selesai, ajak peserta untuk merenungkan dan memberikan pendapat mengenai makna dari permainan tadi.Terangkan bahwa ada dua jenis aborsi, yaitu aborsi spontan dan aborsi yang disengaja.Lengkapi pembahasan dengan menerangkan mengenai aborsi aman dan aborsi tidak aman. Terangkan mengenai macam-macam aborsi tidak aman, seperti pijatan, minum jamu atau obat-obatan, loncat-loncat, dll. Jelaskan bahwa aborsi aman tidak sama dengan infanticida (pembunuhan bayi). Berikan kesempatan pada peserta untuk mengemukakan pendapatnya.Penyakit Menular Seksual (PMS) (180 Menit)Katakan kepada peserta bahwa kita akan beralih kepada topik PMS. Bagi peserta ke dalam kelompok kecil @ 4 orang. Minta setiap kelompok untuk membahas macam-macam PMS yang mereka ketahui dan cara pengobatan yang biasa dilakukan di daerah masing-masing. Setelah 10 menit, minta salah seorang wakil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.Lengkapi jawaban hasil diskusi kelompok dengan menjelaskan dan menayangkan lembar transparan berisi mengenai macam-macam PMS, gejala, masa inkubasi, efeknya, cara pengobatan dan perkiraan besar biaya pengobatan. Gunakan pula rujukan dari buku Pedoman Kesehatan Reproduksi.

Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.Kekerasan terhadap Perempuan (60 menit)Katakan pada peserta bahwa topik bahasan selanjutnya adalah kekerasan terhadap perempuan.Lontarkan pertanyaan "Mengapa kekerasan terhadap perempuan dan bukan kekerasan terhadap laki-laki yang dijadikan topik bahasan?" Lengkapi jawaban peserta dengan menjelaskan bahwa korban kekerasan umumnya adalah kelompok yang dianggap paling lemah dalam masyarakat, dalam hal ini adalah perempuan dan anak-anak.Lakukan curah pendapat mengenai beberapa macam kekerasan yang biasa terjadi pada perempuan. Minta beberapa peserta untuk menyebutkan beberapa contoh kekerasan yang biasa terjadi di daerah masing-masing. Diskusikan bersama.

PAKEM ITU APA .......!???


Kamis, 2008 Desember 11



oleh : Depdiknas


A. Apa itu PAKEM...........?

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.G

Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.B. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?Memahami sifat yang dimiliki anakPada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut.

Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.Mengenal anak secara peroranganPara siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajarSebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalahPada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu.

Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarLingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu.

Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajarMutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.Membedakan antara aktif fisik dan aktif mentalBanyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEMenyenangkan.’C. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama PEMBELAJARAN. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru.Kemampuan GuruPembelajaranGuru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiriGambarStudi kasusNara sumberLingkunganGuru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.S

Siswa melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancaraMengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiriMenarik kesimpulanMemecahkan masalah, mencari rumus sendiriMenulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiriGuru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan.Melalui:DiskusiLebih banyak pertanyaan terbukaHasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiriGuru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.Tugas perbaikan atau pengayaan diberikanGuru mengaitkan PEMBELAJARAN dengan pengalaman siswa sehari-hari.Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hariMenilai PEMBELAJARAN dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.Guru memantau kerja siswaGuru memberikan umpan balik.

Sample Format RPP


Senin, 2008 Desember 08

Oleh: Damaskus Beny


Nama Sekolah : ...........

Kelas/Semester : ...........

Mata Pelajaran : ...........
Waktu : ..........

1. Kompetensi Dasar : Kemampuan anak untuk mengenal dan mengetahui tentang magnet,
2. Topik : Magnet.
3. Indikator :Setelah mendengarkan penjelasan guru dan contoh yang dipraktekan guru, siswa dapat mengetahui pengertian magnet, dan bagaimana pengaruh magnet tersebut terhadap benda lain. Ketika guru bertanya secara lisan tentang pengertian magnet dan pengaruh magnet terhadap benda lain mereka bisa menjawab dengan baik.Siswa bisa membedakan benda-benda yang bisa ditarik oleh magnet dan benda-benda yang tidak bisa ditarik oleh magnet. Ketika guru memperagakan di depan kelas, guru melibatkan beberapa siswa ikut terlibat langsung sehingga mereka akan mengetahui benda-benda yang bisa ditarik oleh magnet dan benda-benda yang tidak bisa ditarik oleh magnet. Selanjutnya guru menanyakan kepada siswa-siwa secara lisan benda-benda yang bisa ditarik oleh magnet dan benda-benda yang tidak bisa ditarik oleh magnet ternyata mereka bisa menjawab dengan baik.
4. Tujuan :Tujuan dari penyampaian materi Magnet ini adalah agar para siswa mengetahui apa itu magnet, bagaimana pengaruh magnet terhadap benda lain, serta siswa dapat membedakan benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet dan benda-benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet.
5. Kelas/Semester : V/I
6. Metode Pembelajaran : Bermain peran dan Demonstrasi.Menggunakan metode bermain peran karena siswa dilibatkan langsung dalam praktek yang dilakukan oleh guru di depan kelas. Sedangkan menggunakan metode Demonstrasi karena guru dalam penyampaian materi meminta beberapa siswa untuk menyebutkan secara lisan pengertian dari magnet, pengaruh magnet terhadap benda lain, benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet.
7. Ranah :Ranah yang ditekankan dalam penyampaian materi ini adalah Kognitif dan Psikomotorik karena penyampaian materi magnet ini untuk meningkatkan kemampuan akdemik dan keterampilan para siswa dibidang Fisika.
8. Gambaran Kelas :Jumlah siswa terdiri dari 42 siswa dengan tife belajar Diverging sebanyak 10 siswa, tife belajar Assimilating sebanyak 8 siswa, tife belajar Converging sebanyak 9 siswa, tife belajar Accommodating sebanyak 12 siswa, tife belajar Assimilating dan Converging sebanyak 1 siswa, tife belajar Converging dan Accommodating sebanyak 1 siswa, tife belajar Accommodating dan Diverging sebanyak 1 siswa, tidak tahu sebanyak 2 siswa.
9. Media Pembelajaran : Alat Peraga.Menggunakan alat peraga berupa beberapa buah magnet, benda-benda yang bisa dan tidak bisa ditarik oleh magnet. Penggunaan peraga ini sebagai media agar dalam penyampai materi lebih mudah, begitu juga dengan para siswa akan lebih tahu, paham dan mengerti tentang tujuan dari penyampaian materi.
10. Ringkasan Materi :Magnet yang pertama kali di temukan di Magnesia Asia Kecil yang berupa Magnet Alam yang terdapat pada batuan. Yang dimaksud dengan magnet adalah sesuatu yang berupa besi yang mempunayai satu atau dua kutub yaitu kutub utara dan selatan atau salah satu kutubnya saja yang bisa menarik atau mempengaruhi bahan-bahan yang berupa besi dan baja. Sedangkan bahan-bahan yang berupa plastik, kayu, kaca, alumunium seng, tembaga dll merupakan bahan yang tidak bisa ditarik atau dipengaruhi oleh magnet.
11. Langkah-langkah Pembelajaran :Kegiatan awalGuru memberikan salam pembuka dan mengajak para siswa berdoa terlebih dahulu, (jika jam pertama masuk).Guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang keadaan siswa dan hal-hal yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Dari pertanyaan tersebut beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.Kegiatan IntiGuru menjelaskan pengertian magnet dan para siswa menyimak secara seksama.Guru memberikan contoh dengan menggunakan alat peraga, sementara siswa memperhatikan dengan seksama.Setelah memberikan contoh, guru menyuruh salah satu atau beberapa siswa untuk melakukan praktek di depan kelas mengenai pengaruh magnet terhadap benda lain.Kegiatan AkhirGuru membuat kesimpulan materi yang telah disampaikan.Tes bisa dilakukan secara tes lisan dan tertulis atau berupa pekerjaan rumah (PR).Guru memberikan salam penutup tanda berakhirnya pelajaran.
12. Penilaian :Dalam proses kegiatan belajar mengajar, khususnya materi ini yang dinilai adalah keaktifan dalam mengikuti pelajaran, kemampuan dalam menjawab pertanyaan baik pertanyaan yang lisan maupun tertulis, serta keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
13. Kriteria Penilaian :Kriteria penilaian yaitu sebagai berikut :1· Untuk pertanyaan lisan 1 soal mendapat nilai sebagai bonus 2.· Untuk petanyaan tertulis, karena soal yang diberikan sebanyak
3 soal maka masing-masing soal bernilai sama yaitu 30 untuk 1 soal.· Untuk keaktifan masing-masing siswa mendapat nilai 5.· Untuk keseriusan dalam proses belajar mengajar maka masing-masing siswa mendapat nilai 5 untuk keseriusan mereka.· Jumlah dari kriteria penilaian tersebut yaitu 100+bonus 2=102.· Bonus ini bertujuan agar siswa termotivasi dalam proses kegiatan belajar mengajar.14. target Keberhasilan :Dalam proses kegiatan belajar mengajar, khususnya penyampaian materi ini target keberhasilan yang ingin dicapai adalah 75-80%.15. Sumber : Pendidikan IPA, oleh: Jenny R.E. Kaligis dan Hedro Darmodjo. 1991/1992, halaman 83.

Perencanaan Pembelajaran


Senin, 2008 Desember 08


Oleh: Damaskus Beny

PERENCANAAN PEMBELANJARAN

A. Perumusan Tujuan Pengajaran.

Tujuan pengajaran merupakan titik awal yang sangat penting dalam proses perencanaan pengajaran, sehingga baik arti maupun jenis-jenis perlu dipahami betul oleh seorang guru atau calon guru. Tujuan pengajaran merupakan komponen utama yang lebih dahulu harus dirumuskan guru dalam proses belajar-mengajar. Peranan tujuan itu sangat penting karena merupakan sasaran proses belajar-mengajar.

Tujuan pengajaran diartikan sebagai suatu upaya pendidik atau guru dalam hubungan dengan tugas-tugasnya membina peserta didik atau siswa, misalnya:- Meningkatkan kemampuan baca siswa- Melatih keterampilan tangan siswa- Menumbuhkan sikap disiplin dan percaya diri di kalangan siswa. Akan tetapi sekarang ini tujuan pengajaran lebih diartikan sebagai perilaku hasil belajar yang kita harapkan yang dimilki siswa-siswa setelah mereka menempuh proses belajar-mengajar, misalnya:Siswa-siswa memiliki kemampuan membaca lebih baikSiswa-siswa menguasai keterampilan tangan yang memadai.

Siswa-siswa bersikap disiplin dan percaya diriSiswa-siswa dapat memecahkan persamaaan kuadratSiswa-siswa dapat membuat kerajinan tangan dari tanah liatSiswa-siswa dapat mengemukakan cara yang lebih tepat untuk mencegah timbulnya penyakit disentriSiswa-siswa dapat menuliskan conto-contoh kalimat tungggal dalam bahasa inggris.

B. Penentuan materi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran antara lain:Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan atau menunjang tercapainya tujuan instruksionalMateri pelajara hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan atau perkembangan siswa pada umumnya materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambunganMateri pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual dan konseptual. Cara pemilihan materi:Tujuan pengajaran, materi pelajaran hendaknya ditetapkan dengan mengacu pada tujuan-tujuan instruksional yang ingin dicapai.P

Pentingnya bahan, materi yang yang diberikan hendaknya merupakan bahan yang betul-betul penting, baik di lihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya. Nilai praktis, materi yang dpilih hendaknya bermakna bagi para siswa, dalam arti mengandung nilai praktis bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.Tingkat perkembangan peserta didik, kedalaman materi yang dipilih hendaknya ditetapkan dengan memperhitungkan tingkat perkembangan berfikir siswa yang bersangkutan, dalam hal ini biasanya telah dipertimbangkan dalam kurikulum sekolah yang bersangkutan.Tata urutan, mmateri yang diberikan hendaknya ditata dalam urutan yang memudahkan dipelajarinya keseluruhan materi oleh peserta didik atau siswa.C. Pemilihan MediaMedia pengajaran diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar-mengajar.Jenis-jenis media yang dapat digunakan menurut Brets ada tiga jenis yaitu: suara (audio), bentuk (visual), dan gerak (motion).1. Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk obyek dapat dilihat, contohnya televisi, video, tape dan film bergerak.2. Media audio-stil-visual, yakni media yang mempunyai suara, obyeknya dapat dilihat namun tidak ada gerakan, contohnya: film strif bersuara, slide bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tidak bergerak.3. Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan suatu geraka secara utuh. Contohnya: papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard.4. Media-motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar obyek bergerak tetapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak.5. Media stil-visual, yakni ada obyek namun tidak bergerak, seperti film stri dan slide tidak bergerak.6. Media audio, hanya menggunakan suara seperti radio, telepon dan audio-tape.7. Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak atau tertulis seperti buku, modul dan pamplet. D. Kegiatan belajar-mengajarSetelah ditetapkan metode mengajar yang akan digunakan, selanjutnya perlu ditetapkan kegiatan-kegiatan pokok belajar-mengajar yang akan ditempuh oleh guru maupun siswa.1. Kegiatan GuruJenis-jenis yang perlu dilakukan guru tergantung dari jenis-jenis metode mengajar yang digunakan. Dalam pemberian tugas misalnya kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh guru antara lain:a. Menjelaskan TIK yang ingin dicapaib. Membagi siswa-siswa ke dalam beberapa kelompokc. Menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh setiap kelompokd. Memantau pelaksanaan tugas oleh setiap kelompoke. Membahas laporan hasil belajar kelompok.2. Kegiatan SiswaDalam metode pembagian tugas, misalnya kegiatan pokok siswa antara lain:a. Mengikuti dengan seksama penjelasan guru tentang pembagian kelompok dan jenis-jenis tugas yang harus dilaksanakan setiap kelompokb. Melaksanakan tugas-tugas dalam kelompokc. Menyiapkan laporan hasil pelaksanaan tugasd. Melaporkan hasil kegiatan di depan kelas.Dalam perencaan pengajaran, jenis-jenis kegiatan yang ditetapkan hendaknya cukup spesifik, misalnya disebutkan beberapa kelompok yang akan dibentuk, jenis tugas apa yang harus dikerjakan dan sebagainya.E. Penilaian proses dan hasil belajarSeperti kita ketahui, proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya ialah proses memberikan pertimbangan atau nilai tentang sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.Dalam hal ini kegunaan evaluasi adalah:1. Seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetepkan.2. Bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki.Berdasarkan tersebut diatas, guru dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dalam hal ini jumlah instruksional khusus (TIK). Dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang telah dimiliki oleh para siswa. Dengan kata lain dapat diketahui hasil belajar yang dicapai para siswa. Di samping itu, dengan fungsi ini guru dapat mengetahui berhasil tidaknuya ia mengajar. Karena rendanya hasil belajar yang dicapai oleh para siswa bukan semata-mata disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi dapat juga disebabkan oleh kurang berhasilnya proses belajar-mengajar yang dilaksanakan guru.

"Profesionalisme Guru Sebagai sebuah Kebutuhan"


Senin, 2008 Desember 08


Oleh: Damaskus Beny

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan baru-baru ini, berdasarkan tes yang telah dilakukan oleh Trends In International Mathematics and Sciences Study (TIMSS) tahun 2003, menunjukkan bahwa para siswa SLTP kelas dua kita, menempati posisi ke 34, jauh dibawah Singapura dan Malaysia yang masing-masing menempati urutan pertama dan ke sepuluh, pada penilaian kemampuan anak didik di bidang matematika.

Hal yang tidak jauh berbeda, terjadi pula pada nilai penguasaan atas ilmu pengetahuan. Tes yang diselenggarakan dibawah payung organisasi Association for Evaluation of Educational Achievment International (AAEI) ini, kembali menempatkan para siswa Indonesia pada urutan ke 36, dibawah Mesir dan Palestina yang berada satu peringkat diatasnya. Sedangkan Negara tetangga kita, Singapura dan Malaysia, masih menempati nomor pertama dan ke dua puluh dari 50 negara yang ditelaah.Realitas yang memukul dunia pendidikan kita ini, menjadi semakin lengkap, apabila kita kaitkan juga dengan laporan dari UNDP yang baru-baru ini dipublikasikan, dimana berdasarkan laporan, Human Development Report 2004”, tersebut dinyatakan bahwa angka buta huruf dewasa (adult illiteracy rate) di Indonesia mencapai 12,1%. Ini berarti, dari setiap 100 orang Indonesia dewasa yang berusia 15 tahun ke atas, ada 12 orang yang tidak bisa membaca. Angka ini relatif jauh lebih tinggi, apabila kita bandingkan dengan negera-negara lain, seperti Thailand (7,4%), Brunai Darussalam (6,1%) dan Jepang (0,0%).Pada tahun yang sama (2004), UNDP juga telah mengeluarkan laporannya tentang kondisi HDI (Human Development Indeks)** di Indonesia. Dalam laporan tersebut, HDI Indonesia berada pada urutan ke 111 dari 175 negara. Posisi ini masih jauh dari Negara-negara tetangga kita, seperti Malaysia yang menempati urutan ke-59, Thailand yang menempati urutan ke 76 dan Philipina yang menempati urutan ke-83. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia hanya menempati satu peringkat di atas Vietnam.

Sebuah negara yang baru saja keluar dari konflik politik yang besar dan baru memulai untuk berbenah diri namun sudah memperlihatkan hasilnya karena membangun dengan tekad dan kesungguhan hati.Fenomena diatas telah memberi gambaran secara sekilas kepada kita, tentang kondisi dunia pendidikan saat ini di tanah air, dimana kualitas pendidikan di negera kita memang masih jauh dari yang kita harapkan. Perlu sebuah upaya kerja keras tanpa henti dengan melibatkan seluruh stakeholders, agar dunia pendidikan kita benar-benar bangkit dari keterpurukan untuk mengejar ketertinggalannya sehingga mampu berkompetisi secara terhormat dalam era globalisasi yang semakin menguat. Oleh sebab itu reformasi pendidikan, dimana salah satunya issu utamanya adalah peningkatan profesionalisme guru merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam mencapai pendidikan yang lebih berkualitas.

Fenomena dunia pendidikan kita saat iniSetidak tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan kondisi dunia pendidikan kita saat ini, yaitu : issu seputar masalah guru, kebijakan pemerintah sebagai penyelenggara Negara, manajemen internal sekolah dan issu sarana dan prasarana belajar mengajar. Issu seputar masalah guru.Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri.Filsofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi.

Mereka di tuntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan secara global.Dalam konteks sosial budaya Jawa misalnya, kata guru sering dikonotasikan sebagai kepanjangan dari kata “digugu dan ditiru” (menjadi panutan utama). Begitu pula dalam khasanah bahasa Indonesia, dikenal adanya sebuah peribahasa yang berunyi “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Semua perilaku guru akan menjadi panutan bagi anak didiknya. Sebuah posisi yang mulia dan sekaligus memberi beban psykologis tersendiri bagi para guru kita.Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia, yaitu : pertama, masalah kualitas/mutu guru, kedua, jumlah guru yang dirasakan masih kurang, ketiga, masalah distribusi guru dan masaah kesejahteraan guru.1.

Masalah kualitas guruKualitas guru kita, saat ini disinyalir sangat memprihatinkan. Berdasarkandata tahun 2002/2003, dari 1,2 juta guru SD kita saat ini, hanya 8,3%nya yangberijasah sarjana. Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik yang dihasilkan. Belum lagi masalah, dimana seorang guru sering mengajar lebih dari satu mata pelajaran yang tidak jarang, bukan merupakan corn/inti dari pengetahuan yang dimilikinya, telah menyebabkan proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal.2. Jumlah guru yang masih kurangJumlah guru di Indonesia saat ini masih dirasakan kurang, apabila dikaitkan dengan jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah murid per kelas dengan jumlah guru yag tersedia saat ini, dirasakan masih kurang proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas sering di isi lebih dari 30 anak didik. Sebuah angka yang jauh dari ideal untuk sebuah proses belajar dan mengajar yang di anggap efektif. Idealnya, setiap kelas diisi tidak lebih dari 15-20 anak didik untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar yang maksimal.

3. Masalah distribusi guruMasalah distribusi guru yang kurang merata, merupakan masalah tersendiridalam dunia pendidikan di Indonesia. Di daerah-daerah terpencil, masing sering kita dengar adanya kekurangan guru dalam suatu wilayah, baik karena alasan keamanan maupun faktor-faktor lain, seperti masalah fasilitas dan kesejahteraan guru yang dianggap masih jauh yang diharapkan.4. Masalah kesejahteraan guruSudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa tingkat kesejahteraan guru-guru kita sangat memprihatinkan. Penghasilan para guru, dipandang masih jauh dari mencukupi, apalagi bagi mereka yang masih berstatus sebagai guru bantu atau guru honorer.

Kondisi seperti ini, telah merangsang sebagian para guru untuk mencari penghasilan tambahan, diluar dari tugas pokok mereka sebagai pengajar, termasuk berbisnis dilingkungan sekolah dimana mereka mengajar tenaga pendidik. Peningkatan kesejahteaan guru yang wajar, dapat meningkatkan profesinalisme guru, termasuk dapat mencegah para guru melakukan praktek bisnis di sekolah.b. Kebijakan pemerintah.Tidak dapat disangkal lagi bahwa pemerintah sebagai institusi penyelenggara Negara mempunyai peranan tersendiri dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kebijakan pemerintah, pada dasarnya dapat dikatagorikan dalam dua bentuk, yaitu kebijakan yang bersifat konstitusional dan kebijakan yang bersifat operasional. Kebijakan konstitusional lebih mengarah pada bagaimana pemerintah menetapkan perundang-undangan maupun peraturan-peraturan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional kita. Dalam Konteks ini, beberapa langkah maju telah dicapai oleh pemerintah saat ini.

Lahirnya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan strategi jangka panjang dalam membenahi carut marut dunia pendidikan kita. Sudah barang tentu, UU tersebut masih diperlukan penjabaran lebih lanjut dalam berbagai bentuk peratutan-peraturan yang berada dibawahnya, termasuk issu Badan Hukum Pendidikan (BHP), peraturan perbukuan maupun issu sertifikasi bagi para pengajar untuk meningkatkan standar kualitas mereka.Kebijakan operasioanal pemerintah, lebih mengarah pada kebijakan alokasi anggaran yang ditujukan bagi sektor pendidikan nasional. UU No. 20 Tahun 2003, memang telah mengamanatkan untuk menglaokasikan 20% dari APBN/APBD untuk sektor pendidikan. Namun mengingat kemampuan keuangan Negara yang masih terbatas, maka alokasi 20% ini rencananya akan dicapai dalam beberapa tahap sesuai dengan kemampuan keuangan Negara. Dalam tahun anggaran 2004 yang lalu, untuk sektor pendidikan baru di alokasikan sebesar 6,6%. Tahun 2005, jumlahnya telah meningkat menjadi 9,29% dan tahun ini, rencananya akan dialokasikan 12,01%, 14,60% untuk anggaran tahun 2007 dan berturut-turut sampai tahun 2009 nanti, diharapkan anggaran untuk sektor pendidikan akan menjadi 17,40% dan 20,10%.



c. Manajemen sekolahManajemen pendidikan di Indonesia, secara umum dikatagorikan dalam dua kelompok yaitu yang diatur dan dibawah kendali langsung pemerintah (sekolah negeri) dan sekolah-sekolah yang di kelola oleh pihak swasta (sekolah swasta). Perbedaan manajemen ini pada akhirnya, sedikiit banyak akan mempengaruhi mutu dan kualitas anak didik di masing-masih sekolah serta secara tidak langsung telah ikut menciptakan “ketimpangan” dalam pengelolaan sekolah. Bagi para keluarga yang secara ekonomi mapan, maka mereka cenderung akan mampu memasukkan anak-anaknya pada sekolah-seklah favorit yang biasanya memerlukan alokasi dana yang tidak sedikit. Begitu pula sebaliknya, bagi yang keluarga yang kurang mampu, biaya sekolah dirasakan mahal dan menjadi beban tersendiri bagi ekonomi keluarga.Belum lagi kebijakan pemerintah dimasa lampau yang cenderung membedakan berbabagai bentuk bantuan untuk sekolah negeri dan swasta, secara langsung maupun tidak telah ikut memperparah ketimpangan dunia pendidikan. Dalam konteks ini, pemerintah telah mengambil kebijakan untuk tidak membedakan antara sekolah yang di kelola oleh Negara maupun sekolah yang di kelola oleh pihak swasta.



d. Saran dan prasarana sekolahSarana dan prasarana sekolah, merupakan salah satu kendala yang masih dihadapi oleh dunia pendidikan kita. Kemampuan keuangan yang masih terbatas, salah kelola maupun tingkat KKN yang masih tinggi serta faktor-faktor lain, telah menyebabkan kondisi sekolah masih jauh dari memadai. Mulai dari jumlah gedung yang rusak, ruang kelas yang terbatas maupun kelengkapan alat-alat laboratorium yang sangat dibutuhkan dalam pencapaian proses belajar mengajar yang belum maksimal, merupak beberapa kendala nyata yang masih kita hadapi. Di profinsi Jawa TImur saja, saat ini tercatat 5.373 sekolah dan 20.736 ruang kelas yang harus diperbaiki. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.065 diantaranya adalah SD/MI berjumlah 175, SMP/MTs berjumlah 53 SMA/MA dan SMK berjumlah 80 buah (Kompas, 14 Januari 2006).Profesionalisme guru sebagai sebuah tuntutanTidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Diperlukan orang-orang yang memang benar benar-benar ahli di bidangnya, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya agar setiap orang dapat berperan secara maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi yang menuntut kecakapan dan keahlian tersendiri. Profesionalisme tidak hanya karena faktor tuntutan dari perkembangan jaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia. Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas. Ada beberapa langkah strategis yang harus dilakukan dalam upaya, meningkatkan profesionalisme guru, yaitu :1. Sertifikasi sebagai sebuah saranaSalah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui sertifikasi sebagai sebuah proses ilmiah yang memerlukan pertanggung jawaban moral dan akademis. Dalam issu sertifikasi tercermin adanya suatu uji kelayakan dan kepatutan yang harus dijalani seseorang, terhadap kriteria-kriteria yang secara ideal telah ditetapkan.Sertifikasi bagi para Guru dan Dosen merupakan amanah dari UU Sistem Pendidikan Nasional kita (pasal 42) yang mewajibkan setiap tenaga pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar yang dimilikinya. Singkatnya adalah, sertifikasi dibutuhkan untuk mempertegas standar kompetensi yang harus dimiliki para guru dan dosen sesui dengan bidang ke ilmuannya masing-masing.2. Perlunya perubahan paradigmaFaktor lain yang harus dilakukan dalam mencapai profesionalisme guru adalah, perlunya perubahan paradigma dalam proses belajar mengajar.

Anak didik tidak lagi ditempatkan sekedar sebagai obyek pembelajaran tetapi harus berperan dan diperankan sebagai obyek. Sang guru tidak lagi sebagai instruktur yang harus memposisikan dirinya lebih tingi dari anak didik, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator atau konsultator yang bersifat saling melengkapi. Dalam konteks ini, guru di tuntut untuk mampu melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, kreatif dan inovatif secara dinamis dalam suasana yang demokratis. Dengan demikian proses belajar mengajar akan dilihat sebagai proses pembebasan dan pemberdayaan, sehingga tidak terpaku pada aspek-aspek yang bersifat formal, ideal maupun verbal. Penyelesaian masalah yang aktual berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah harus menjadi orientasi dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, out put dari pendidikan tidak hanya sekedar mencapai IQ (intelegensia Quotes), tetapi mencakup pula EQ (Emotional Quotes) dan SQ (Spiritual Quotes).3. Jenjang karir yang jelasSalah satu faktor yang dapat merangsang profesionalisme guru adalah, jenjang karir yang jelas. Dengan adanya jenjang karir yang jelas akan melahirkan kompetisi yang sehat, terukur dan terbuka, sehingga memacu setiap individu untuk berkarya dan berbuat lebih baik.4.Peningkatan kesejahteraan yang nyataKesejahteraan merupakan issu yang utama dalam konteks peran dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Paradigma professional tidak akan tercapai apabila individu yang bersangkutan, tidak pernah dapat memfokuskan diri pada satu hal yang menjadi tanggungjawab dan tugas pokok dari yang bersangkutan. Oleh sebab itu, untuk mencapai profesionalisme, jaminan kesejahteraan bagi para guru merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan dan dipisahkan. (Angelina Sondakh)KESIMPULANProfesionalisme adalah sebuah kata yang tidak dapat dihindari dalam era globalisasi dan internasionalisasi yang semakin menguat dewasa ini, dimana persaingan yang semakin kuat dan proses transfaransi disegala bidang merupakan salah satu ciri utamanya. Guru sebagai sebuah profesi yang sangat strategis dalam pembentukan dan pemberdayaan anak-anak penerus bangsa, memiliki peran dan fungsi yang akan semakin signifikan dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu pemberdayaan dan peningkatan kualitas guru sebagai tenaga pendidik, merupakan sebuah keharusan yang memerlukan penangan lebih serius. Profesinalisme guru adalah sebuah paradigma yang tidak dapat di tawar-tawar lagi.

Dalam konteks pemberdayaan guru menuju sebuah profesi yang berkualitas dimana secara empiris dapat dipertanggung jawabkan, memerlukan keterlibatan banyak pihak dan stakeholders, termasuk pemerintah sebagai penyelengara Negara. Diperlukan sebuah kondisi yang dapat memicu dan memacu para guru agar dapat bersikap, berbuat serta memiliki kapasitas dan kapabilitas yang sesuai dengan bidang ke-ilmuannya masing-masing. Kondisi tersebut dapat disimpulkan sebagai faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal lebih mengarah pada guru itu sendiri, baik secara individual maupun secara institusi sebagai sebuah entitas profesi yang menuntut adanya kesadaran, dan tanggung jawab yang lebih kuat dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai tenaga pendidik. Diperlukan sebuah komitmen yang dapat dapat dipertanggung jawabkan, baik secara ilmiah maupun moral, agar guru dapat benar-benar berpikir dan bertindak secara professional sebagaimana profesi-profesi lain yang menuntut adanya suatu keahlian yang lebih spesifik.Faktor ekternal dalam konteks ini, lebih terkait pada bagaiamana kebijakan pemerintah dalam menodorong dan menciptakan kebijakan maupun atmosfir yang dapat merangsang dan melahirkan guru-guru yang profesional. Hal yang paling mendasar berkaitan dengan masalah ini adalah issu kesejahteraan bagi para guru, agar mereka dapat benar-benar fokus pada peran dan fungsinya sebagai tenaga pendidik.